Pages

Subscribe:

Senin, 28 Oktober 2013

Surveilans Epidemiologi

                                                                 BAB II
                                                     TINJUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Singkat
Dalam disiplin Ilmu Epidemiologi, dikenal sebuah metode Surveilans Epidemiologi yaitu sebuah rangkaian kegiatan mengumpulkan berbagai data atau informasi dari kejadian penyakit secara teratur dan terus menerus untuk menentukan beberapa tindakan yang diambil oleh petugas / pengambil kebijakan dalam kesehatan.
Surveilans adalah proses pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi data secara terus menerus serta penyebaran informasi pada unit yang membutuhkan untuk dapat mengambil tindakan. (WHO)
Surveilans epidemiologi adalah pengumpulan dan pengamatan secara sistematik berkesinambungan, analisa dan interprestasi data kesehatan dalam proses menjelaskan dan memonitoring kesehatan dengan kata lain surveilans epidemiologi merupakan kegiatan pengamatan secara teratur dan terus menerus terhadap semua aspek kejadian penyakit dan kematian akibat penyakit tertentu, baik keadaan maupun penyebarannya dalam suatu masyarakat tertentu untuk kepentingan pencegahan dan penanggulangan. (Noor,1997).
Surveilans epidemiologi adalah pengamatan yang terus menerus atas distribusi, dan kecenderungan suatu penyakit melalui pengumpulan data yang sistematis agar dapat ditentukan penanggulangannya yang secepat-cepatnya (Gunawan, 2000).

Surveilans kesehatan masyarakat adalah pengumpulan, analisis, dan analisis data secara terus menerus dan sistematis yang kemudian didiseminasikan (disebarluaskan) kepada pihak-pihak yang bertanggungjawab dalam pencegahan penyakit dan masalah kesehatan lainnya (DCP2, 2008).
Surveilans memantau terus-menerus kejadian dan kecenderungan penyakit, mendeteksi dan memprediksi outbreak pada populasi, mengamati faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit, seperti perubahan-perubahan biologis pada agen, vektor, dan reservoir. Selanjutnya surveilans menghubungkan informasi tersebut kepada pembuat keputusan agar dapat dilakukan langkah-langkah pencegahan dan pengendalian penyakit (Last, 2001). Kadang digunakan istilah surveilans epidemiologi. Baik surveilans kesehatan masyarakat maupun surveilans epidemiologi hakikatnya sama saja, sebab menggunakan metode yang sama, dan tujuan epidemiologi adalah untuk mengendalikan masalah kesehatan masyarakat, sehingga epidemiologi dikenal sebagai sains inti kesehatan masyarakat (core science of public health).
Surveilans menurut WHO menjelaskan bahwa surveilans dapat diartikan sebagai aplikasi metodologi dan teknik epidemiologi yang tepat untuk mengendalikan penyakit.
Penjelasan tentang pola penyakit yang sedang berlangsung  dapat diuraikan beberapa contoh kegiatan yang dilakukan sebagai berikut:
1.    Melakukan deteksi perubahan akut dari penyakit yang terjadi dan distribusinya.
2.    Melakukan identifikasi dan perhitungan trend dan pola penyakit menurut frekuensi kejadiannya.
3.    Melakukan identifikasi faktor risiko dan penyebab lainnya, seperti vektor yang dapat menyebabkan penyakit di kemudian hari.
4.    Mendeteksi perubahan pelayanan kesehatan  yang terjadi di masyarakat.
Penggunaan data untuk evaluasi serta pengendalian dan pencegahan penyakit dapat berkaitan dengan hal-hal sebagai berikut:
1.    Beberapa informasi tentang penyakit menstimulasi untuk pelaksanaan riset lebih lanjut tentang proses terjadinya penyakit, misalnya sumber-sumber penyebab penyakit memungkinkan untuk dieksplorasi secara mendalam.
2.    Informasi tentang pola penyakit dan kecenderungannya sangat penting untuk perencanaan pelayanan kesehatan dimasa mendatang karena dapat dijadikan landasan yang kokoh dalam pengambilan keputusan.
3.    Evaluasi dan tindakan pencegahan, misalnya evaluasi terhadap program vaksinasi.
Dalam upaya mempelajari riwayat alamiah penyakit (natural history of disease) dan epidemiologi penyakit, khususnya untuk mendeteksi epidemi penyakit melalui pemahaman riwayat penyakit, dapat membantu beberapa hal sebagai berikut:
1.    Membantu menyusun hipotesis untuk dasar pengambilan keputusan dalam intervensi kesehatan masyarakat.
2.    Membantu untuk mengindetifikasi penyakit untuk keperluan penelitian epidemiologi.
3.    Mengevaluasi program-program pencegahan dan pengendalian penyakit.
4.    Memberikan informasi dan data untuk memproyeksikan kebutuhan pelayanan kesehatan dimasa mendatang.
2.2 Metode surveilans
Dalam surveilans epidemiologi, kita mengenal adanya surveilans epidemiologi penyakit menular, surveilans epidemiologi penyakit tidak menular, surveilans epidemiologi penyakit infeksi, surveilans epidemiologi penyakit akut dan surveilans epidemiologi penyakit kronis. Terdapat beberapa persamaan dan perbedaan secara konseptual antara kegiatan surveilans epidemiologi penyakit akut dan kronis:
Ruang lingkup surveilans epidemiologi menurut tempatnya dapat dibedakan menjadi 2, yaitu surveilans epidemiologi dalam masyarakat dan surveilans epidemiologi di rumah sakit.
1     Surveilans epidemiologi dalam masyarakat
Surveilans epidemiologi ini dilakukan pada suatu wilayah administrasi atau pada kelompok populasi tertentu. Dengan analisis secara teratur berkesinambungan terhadap data yang dikumpulkan mengenai kejadian kesakitan atau kematian, dapat memberikan kesempatan lebih mengenal kecenderungan penyakit menurut variabel yang diteliti. Variabel tersebut diantaranya adalah distribusi penyakit menurut musim atau periode waktu tertentu, mengetahui daerah geografis dimana jumlah kasus/penularan meningkat atau berkurang, serta berbagai kelompok risiko tinggi menurut umur, jenis kelamin, ras, agama, status sosial ekonomi serta pekerjaan.
2     Surveilans epidemiologi di rumah sakit
Saat ini penderita penyakit menular yang dirawat d rumah sakit jumlahnya masih cukup besar. Suatu keadaan khusus dimana faktor lingkungan, secara bermakna dapat mendukung terjadinya risiko meendapatkan penyakit infeksi, sehingga tekhnik surveilans termasuk kontrol penyakit pada rumah sakit rujukan pada tingkat propinsi dan regional memerlukan perlakuan tersendiri. Pada rumah sakit tersebut, terdapat beberapa penularan penyakit dan dapat menimbulkan infeksi nosokomial. Selain itu, rumah sakit mungkin dapat menjadi tempat berkembangbiaknya serta tumbuh suburnya berbagai jenis mikro-organisme.
Untuk mengatasi masalah penularan penyakit infeksi di rumah sakit maka telah dikembangkan sistem surveilans epidemiologi yang khusus dan cukup efektif untuk menanggulangi kemungkinan terjadinya penularan penyakit (dikenal dengan infeksi nosokomial) di dalam lingkungan rumah sakit.
2.3 Jenis Surveilans
1 Surveilans Individu
Surveilans individu (individual surveillance) mendeteksi dan memonitor individu-individu yang mengalami kontak dengan penyakit serius, misalnya pes, cacar, tuberkulosis, tifus, demam kuning, sifilis. Surveilans individu memungkinkan dilakukannya isolasi institusional segera terhadap kontak,sehingga penyakit yang dicurigai dapat dikendalikan. Sebagai contoh, karantina merupakan isolasi institusional yang membatasi gerak dan aktivitas orang-orang atau binatang yang sehat tetapi telah terpapar oleh suatu kasus penyakit menular selama periode menular. Tujuan karantina adalah mencegah transmisi penyakit selama masa inkubasi seandainya terjadi infeksi (Last, 2001).
Isolasi institusional pernah digunakan kembali ketika timbul AIDS 1980an dan SARS. Dikenal dua jenis karantina: (1) Karantina total; (2) Karantina parsial. Karantina total membatasi kebebasan gerak semua orang yang terpapar penyakit menular selama masa inkubasi, untuk mencegah kontak dengan orang yang tak terpapar. Karantina parsial membatasi kebebasan gerak kontak secara selektif, berdasarkan perbedaan tingkat kerawanan dan tingkat bahaya transmisi penyakit. Contoh, anak sekolah diliburkan untuk mencegah penularan penyakit campak, sedang orang dewasa diperkenankan terus bekerja. Satuan tentara yang ditugaskan pada pos tertentu dicutikan, sedang di pospos lainnya tetap bekerja. Dewasa ini karantina diterapkan secara terbatas, sehubungan dengan masalah legal, politis, etika, moral, dan filosofi tentang legitimasi, akseptabilitas, dan efektivitas langkah-langkah pembatasan tersebut untuk mencapai tujuan kesehatan masyarakat (Bensimon dan Upshur, 2007).
2. Surveilans Penyakit
Surveilans penyakit (disease surveillance) melakukan pengawasan terus-menerus terhadap distribusi dan kecenderungan insidensi penyakit, melalui pengumpulan sistematis, konsolidasi, evaluasi terhadap laporan-laporan penyakit dan kematian, serta data relevan lainnya. Jadi fokus perhatian surveilans penyakit adalah penyakit, bukan individu. Di banyak negara, pendekatan surveilans penyakit biasanya didukung melalui program vertikal (pusat-daerah). Contoh, program surveilans tuberkulosis, program surveilans malaria. Beberapa dari sistem surveilans vertikal dapat berfungsi efektif, tetapi tidak sedikit yang tidak terpelihara dengan baik dan akhirnya kolaps, karena pemerintah kekurangan biaya. Banyak program surveilans penyakit vertikal yang berlangsung paralel antara satu penyakit dengan penyakit lainnya, menggunakan fungsi penunjang masing-masing, mengeluarkan biaya untuk sumberdaya masingmasing, dan memberikan informasi duplikatif, sehingga mengakibatkan inefisiensi.
3. Surveilans Sindromik
Syndromic surveillance (multiple disease surveillance) melakukan pengawasan terus-menerus terhadap sindroma (kumpulan gejala) penyakit, bukan masing-masing penyakit. Surveilans sindromik mengandalkan deteksi indikator-indikator kesehatan individual maupun populasi yang bisa diamati sebelum konfirmasi diagnosis. Surveilans sindromik mengamati indikator-indikator individu sakit, seperti pola perilaku, gejala-gejala, tanda, atau temuan laboratorium, yang dapat ditelusuri dari aneka sumber, sebelum diperoleh konfirmasi laboratorium tentang suatu penyakit. Surveilans sindromik dapat dikembangkan pada level lokal, regional, maupun nasional. Sebagai contoh, Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menerapkan kegiatan surveilans sindromik berskala nasional terhadap penyakit-penyakit yang mirip influenza (flu-like illnesses) berdasarkan laporan berkala praktik dokter di AS. Dalam surveilans tersebut, para dokter yang berpartisipasi melakukan skrining pasien berdasarkan definisi kasus sederhana (demam dan batuk atau sakit tenggorok) dan membuat laporan mingguan tentang jumlah kasus, jumlah kunjungan menurut kelompok umur dan jenis kelamin, dan jumlah total kasus yang teramati. Surveilans tersebut berguna untuk memonitor aneka penyakit yang menyerupai influenza, termasuk flu burung, dan antraks, sehingga dapat memberikan peringatan dini dan dapat digunakan sebagai instrumen untuk memonitor krisis yang tengah berlangsung (Mandl et al., 2004; Sloan et al., 2006). Suatu sistem yang mengandalkan laporan semua kasus penyakit tertentu dari fasilitas kesehatan, laboratorium, atau anggota komunitas, pada lokasi tertentu, disebut surveilans sentinel.
Pelaporan sampel melalui sistem surveilans sentinel merupakan cara yang baik untuk memonitor masalah kesehatan dengan menggunakan sumber daya yang terbatas (DCP2, 2008; Erme dan Quade, 2010).
4. Surveilans Berbasis Laboratorium
Surveilans berbasis laboartorium digunakan untuk mendeteksi dan menonitor penyakit infeksi. Sebagai contoh, pada penyakit yang ditularkan melalui makanan seperti salmonellosis, penggunaan sebuah laboratorium sentral untuk mendeteksi strain bakteri tertentu memungkinkan deteksi outbreak penyakit dengan lebih segera dan lengkap daripada sistem yang mengandalkan pelaporan sindroma dari klinik-klinik (DCP2, 2008).
5. Surveilans Terpadu
Surveilans terpadu (integrated surveillance) menata dan memadukan semua kegiatan surveilans di suatu wilayah yurisdiksi (negara/ provinsi/ kabupaten/ kota) sebagai sebuah pelayanan publik bersama. Surveilans terpadu menggunakan struktur, proses, dan personalia yang sama, melakukan fungsi mengumpulkan informasi yang diperlukan untuk tujuan pengendalian penyakit. Kendatipun pendekatan surveilans terpadu tetap memperhatikan perbedaan kebutuhan data khusus penyakitpenyakit tertentu (WHO, 2001, 2002; Sloan et al., 2006). Karakteristik pendekatan surveilans terpadu: (1) Memandang surveilans sebagai pelayanan bersama (common services); (2) Menggunakan pendekatan solusi majemuk; (3) Menggunakan pendekatan fungsional, bukan struktural; (4) Melakukan sinergi antara fungsi inti surveilans (yakni, pengumpulan, pelaporan, analisis data, tanggapan) dan fungsi pendukung surveilans (yakni, pelatihan dan supervisi, penguatan laboratorium, komunikasi, manajemen sumber daya); (5) Mendekatkan fungsi surveilans dengan pengendalian penyakit. Meskipun menggunakan pendekatan terpadu, surveilans terpadu tetap memandang penyakit yang berbeda memiliki kebutuhan surveilans yang berbeda (WHO, 2002).
6. Surveilans Kesehatan Masyarakat Global
Perdagangan dan perjalanan internasional di abad modern, migrasi manusia dan binatang serta organisme, memudahkan transmisi penyakit infeksi lintas negara. Konsekunsinya, masalah-masalah yang dihadapi negara-negara berkembang dan negara maju di dunia makin serupa dan bergayut. Timbulnya epidemi global (pandemi) khususnya menuntut dikembangkannya jejaring yang terpadu di seluruh dunia, yang manyatukan para praktisi kesehatan, peneliti, pemerintah, dan organisasi internasional untuk memperhatikan kebutuhan-kebutuhan surveilans yang melintasi batas-batas negara. Ancaman aneka penyakit menular merebak pada skala global, baik penyakit-penyakit lama yang muncul kembali (re-emerging diseases), maupun penyakit-penyakit yang baru muncul (new emerging diseases), seperti HIV/AIDS, flu burung, dan SARS. Agenda surveilans global yang komprehensif melibatkan aktor-aktor baru, termasuk pemangku kepentingan pertahanan keamanan dan ekonomi (Calain, 2006; DCP2, 2008).
2.4 Manfaat hasil surveilens dalam pengambilan keputusan
Informasi kesehatan yang berasal dari data dasar pola penyakit sangat penting untuk menyusun perencanaan dan untuk mengevaluasi hasil akhir dari intervensi yang telah dilakukan. Semakin kompleksnya proses pengambilan keputusan dalam bidang kesehatan masyarakat, memerlukan informasi yang cukup handal untuk mendeteksi adanya perubahan-perubahan yang sistematis dan dapat dibuktikan dengan data (angka).
Keuntungan
Keuntungan dari kegiatan surveilans epidemiologi disini dapat juga diartikan sebagai kegunaan surveilans epidemiologi, yaitu dapat menjelaskan pola penyakit yang sedang berlangsung yang dapat dikaitkan dengan tindakantindakan/intervensi kesehatan masyarakat.
Dalam rangka menguraikan pola kejadian penyakit yang sedang berlangsung, contoh kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1.    Deteksi perubahan akut dari penyakit yang terjadi dan distribusinya
2.    Identifikasi dan perhitungan trend dan pola penyakit
3.    Identifikasi dan faktor risiko dan penyebab lainnya, seperi vektor yang dapat menyebabkan sakit dikemudian hari
4.    Deteksi perubahan pelayanan kesehatan  yang terjadi
5.    Dapat melakukan monitoring kecenderungan penyakit endemis
6.    Dapat mempelajari riwayat alamiah penyakit dan epidemiologi penyakit, khususnya untuk mendeteksi adanya KLB/wabah
Melalui pemahaman riwayat penyakit, dapat bermanfaat  sebagai berikut :
1.    Membantu menyusun hipotesis untuk dasar pengambilan keputusan dalam intervensi kesehatan masyarakat
2.    Membantu untuk mengidentifikasi penyakit untuk keperluan penelitian epidemiologi
3.    Mengevaluasi program-program pencegahan dan pengendalian penyakit
4.    Memberikan informasi dan data dasar untuk memproyeksikan kebutuhan pelayanan kesehatan  dimasa mendatang
Data dasar sangat penting untuk menyusun perencanaan dan untuk mengevaluasi hasil akhir intervensi yang diberikan. Dengan semakin kompleksnya pengambilan keputusan dalam bidang kesehatan masyarakat, maka diperlukan data yang cukup handal untuk mendeteksi adanya perubahan-perubahan yang sistematis dan dapat dibuktikan dengan data (angka).
1.    Dapat membantu pelaksanaan dan daya guna program pengendalian khusus dengan membandingkan besarnya masalah sebelum dan sesudah pelaksanaan program.
2.    Membantu menetapkan masalah kesehatan dan prioritas sasaran program pada tahap perencanaan program.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membuat prioritas masalah dalam kegiatan surveilans epidemiologi adalah :
1.    Frekuensi kejadian (insidens, prevalens dan mortalitas);
2.    Kegawatan/ Severity (CFR, hospitalization rate, angka kecacatan);
3.    Biaya (biaya langsung dan tidak langsung);
4.    Dapat dicegah (preventability);
5.    Dapat dikomunikasikan (communicability);
6.     Public interest
7.    Mengidentifikasi kelompok risiko tinggi menurut umur, pekerjaan, tempat tinggal dimana masalah kesehatan sering terjadi dan variasi terjadinya dari waktu ke waktu (musiman, dari tahun ke tahun), dan cara serta dinamika penularan penyakit menular.





BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Definisi Surveilans Epidemiologi

Dalam disiplin Ilmu Epidemiologi, dikenal sebuah metode Surveilans Epidemiologi yaitu sebuah rangkaian kegiatan mengumpulkan berbagai data atau informasi dari kejadian penyakit secara teratur dan terus menerus untuk menentukan beberapa tindakan yang diambil oleh petugas / pengambil kebijakan dalam kesehatan.
Surveilans adalah proses pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi data secara terus menerus serta penyebaran informasi pada unit yang membutuhkan untuk dapat mengambil tindakan. (WHO)
Surveilans epidemiologi adalah pengumpulan dan pengamatan secara sistematik berkesinambungan, analisa dan interprestasi data kesehatan dalam proses menjelaskan dan memonitoring kesehatan dengan kata lain surveilans epidemiologi merupakan kegiatan pengamatan secara teratur dan terus menerus terhadap semua aspek kejadian penyakit dan kematian akibat penyakit tertentu, baik keadaan maupun penyebarannya dalam suatu masyarakat tertentu untuk kepentingan pencegahan dan penanggulangan. (Noor,1997)
.Surveilans epidemiologi adalah pengamatan yang terus menerus atas distribusi, dan kecenderungan suatu penyakit melalui pengumpulan data yang sistematis agar dapat ditentukan penanggulangannya yang secepat-cepatnya (Gunawan, 2000).

3.2 Jenis Surveilans Epidemiologi

1.    Penerapan metode surveilans epidemiologi, tentu disesuaikan dengan kajian atau dasar kejadian yang memerlukan kegiatan surveilans itu sendiri. Sedikitnya ada 6 jenis surveilans dalam epidemiologi yang sering digunakan, diantaranya sebagai berikut:
Surveilans Individu (individual surveillance) yaitu jenis surveilans epidemiologi yang mendeteksi dan memonitor individu individu yang mengalami kontak dengan penyakit serius, misalnya pes, cacar, tuberkulosis, tifus, demam kuning, sifilis. Surveilans individu memungkinkan dilakukannya isolasi institusional segera terhadap kontak, sehingga penyakit yang dicurigai dapat dikendalikan.

2.    Surveilans Penyakit (disease surveillance) yaitu jenis surveilans epidemiologi yang melakukan pengawasan terus-menerus terhadap distribusi dan kecenderungan insidensi penyakit, melalui pengumpulan sistematis, konsolidasi, evaluasi terhadap laporan-laporan penyakit dan kematian, serta data relevan lainnya. Jadi fokus perhatian surveilans penyakit adalah penyakit, bukan individu.

3.    Surveilans Sindromik (syndromic /multiple disease surveillance) yaitu kegiatan yang melakukan pengawasan terus-menerus terhadap sindroma (kumpulan gejala) penyakit, bukan masing-masing penyakit. Surveilans sindromik mengandalkan deteksi indikator-indikator kesehatan individual maupun populasi yang bisa diamati sebelum konfirmasi diagnosis. Surveilans sindromik mengamati indikator-indikator individu sakit, seperti pola perilaku, gejala-gejala, tanda, atau temuan laboratorium, yang dapat ditelusuri dari aneka sumber, sebelum diperoleh konfirmasi laboratorium tentang suatu penyakit.

4.    Surveilans Laboratorium, jenis surveilans berbasis laboratorium digunakan untuk mendeteksi dan memonitor penyakit infeksi. Sebagai contoh, pada penyakit yang ditularkan melalui makanan seperti salmonellosis, penggunaan sebuah laboratorium sentral untuk mendeteksi strain bakteri tertentu memungkinkan deteksi outbreak penyakit dengan lebih segera dan lengkap daripada sistem yang mengandalkan pelaporan sindroma dari klinik-klinik.
Surveilans Terpadu (integrated surveillance) yaitu menata dan memadukan semua kegiatan surveilans di suatu wilayah yurisdiksi (negara/ provinsi/ kabupaten/ kota) sebagai sebuah pelayanan publik bersama. Surveilans terpadu menggunakan struktur, proses, dan personalia yang sama, melakukan fungsi mengumpulkan informasi yang diperlukan untuk tujuan pengendalian penyakit. Kendatipun pendekatan surveilans terpadu tetap memperhatikan perbedaan kebutuhan data khusus penyakit-penyakit tertentu.

5.    Surveilans Global, yang terakhir adalah surveilans yang dilakukan secara serempak di seluruh dunia, yang manyatukan para praktisi kesehatan, peneliti, pemerintah, dan organisasi internasional untuk memperhatikan kebutuhan-kebutuhan surveilans yang melintasi batas-batas negara. Kegiatannya ditujukan untuk mengawasi ancaman aneka penyakit menular yang menyebar pada skala global, baik penyakit-penyakit lama yang muncul kembali (re-emerging diseases), maupun penyakit-penyakit yang baru muncul (newemerging diseases), seperti HIV/AIDS, flu burung, dan SARS

3.3 Kegiatan Pokok Surveilans Epidemiologi

Ada 5 komponen utama dari kegiatan Surveilans Epidemiologi
1.    Pengumpulan Data: Pencatatan insidensi berdasarkan laporan rumah sakit, puskesmas, dan sarana pelayanan kesehatan lain, laporan petugas surveilans di lapangan, laporan masyarakat, dan petugas kesehatan lain; Survei khusus; dan pencatatan jumlah populasi berisiko terhadap penyakit yang sedang diamati. Tehnik pengumpulan data dapat dilakukan dengan wawancara dan pemeriksaan. Tujuan pengumpulan data adalah menentukan kelompok high risk; Menentukan jenis dan karakteristik (penyebabnya); Menentukan reservoir; Transmisi; Pencatatan kejadian penyakit; dan KLB

2.    Pengelolaan Data: Data yang diperoleh biasanya masih dalam bentuk data mentah (row data) yang masih perlu disusun sedemikian rupa sehingga mudah dianalisis. Data yang terkumpul dapat diolah dalam bentuk tabel, bentuk grafik maupun bentuk peta atau bentuk lainnya. Kompilasi data tersebut harus dapat memberikan keterangan yang berarti.

3.    Analisis dan Interpretasi Data: Data yang telah disusun dan dikompilasi, selanjutnya dianalisis dan dilakukan interpretasi untuk memberikan arti dan memberikan kejelasan tentang situasi yang ada dalam masyarakat

4.    Distribusi Data: Setelah analisis dan interpretasi data serta telah memiliki keterangan yang cukup jelas dan sudah disimpulkan dalam suatu kesimpulan, selanjutnya dapat disebarluaskan kepada semua pihak yang berkepentingan, agar informasi ini dapat dimanfaatkan sebagai mana mestinya.

5.    Evaluasi: Hasil evaluasi terhadap data sistem surveilans selanjutnya dapat digunakan untuk perencanaan, penanggulangan khusus serta program pelaksanaannya, untuk kegiatan tindak lanjut (follow up), untuk melakukan koreksi dan perbaikan-perbaikan program dan pelaksanaan program, serta untuk kepentingan evaluasi maupun penilaian hasil kegiatan.

3.4    Tujuan dari Surveilans Epidemiologi

1.    Untuk memantau kecenderungan penyakit
2.    Untuk deteksi dan prediksi terjadinya KLB (Kejadian Luar Biasa) dari sebuah penyakit
3.    Memantau kemajuan suatu program pemberantasan
4.    Menyediakan informasi untuk perencanaan pembangunan pelayanan kesehatan
5.    Memperkirakan besarnya suatu kesakitan atau kematian yang berhubungan dengan masalah yang sedang diamati.
6.    Bisa digunakan sebagai dasar penelitian untuk menentukan suatu tindakan penanggulangan atau pencegahan penyakit
7.    Mengidentifikasikan faktor resiko yang berhubungan dengan kejadian suatu penyakit
8.    Memungkinkan seseorang untuk melakukan penilaian terhadap tindakan penanggulangan
9.    Mengawali upaya untuk meningkatkan tindakan-tindakan praktek klinis oleh petugas kesehatan yang terlibat dalam sistim surveilans.
10.    Pembuatan policy dan kebijakan pemberantasan penyakit
Dalam menjalankan kegiatan surveilans epidemiologi, diperlukan keterpaduan satu sama lain, untuk itu ditetapkan sebuah atribut / pedoman dalam pelaksanaannya. Sebuah kegiatan surveilans epidemiologi hendaknya mengikuti beberapa kriteria seperti sederhana, fleksibel, bisa diterima (acceptability), sensitif (sesuai dengan laporan kasus, proporsi dari masalah kesehatan), benar dan tepat waktu.




BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Surveilans adalah proses pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi data secara terus menerus serta penyebaran informasi pada unit yang membutuhkan untuk dapat mengambil tindakan.
Surveilans epidemiologi adalah pengumpulan dan pengamatan secara sistematik berkesinambungan, analisa dan interprestasi data kesehatan dalam proses menjelaskan dan memonitoring kesehatan dengan kata lain surveilans epidemiologi merupakan kegiatan pengamatan secara teratur dan terus menerus terhadap semua aspek kejadian penyakit dan kematian akibat penyakit tertentu, baik keadaan maupun penyebarannya dalam suatu masyarakat tertentu untuk kepentingan pencegahan dan penanggulangan.
Surveilans epidemiologi adalah pengamatan yang terus menerus atas distribusi, dan kecenderungan suatu penyakit melalui pengumpulan data yang sistematis agar dapat ditentukan penanggulangannya yang secepat-cepatnya.

4.2 Saran

Dalam pembuatan makalah ini penulis mencari dari berbagai sumber dari media maupun tulis apabila ada kesalahan baik dari tulisan maupun dari isi makalah mohon kritikan untuk membangun kami agar lebih baik kedepannya.


DAFTAR PUSTAKA
Amiruddin, Ridwan (2012). Surveilans Kesehatan Masyarakat. IPB Press.Bogor.
Amiruddin. Ridwan. 2011. Epidemiologi Perencanaan dan Pelayanan Kesehatan. Makassar.  Masagena press. Jogjakarta.
Amon J.; Brown T.; Hogle J.; Macneil J.; Magnani R.; Mills S.;Pisani E.; Rehle T.; Saidel T. 2000 Behavioral Surveillance Surveys (BSS) : Guidelines for repeated behavioral surveys
Bensimon CM, Upshur REG (2007). Evidence and effectiveness in decisionmaking for quarantine. Am J Public Health;97:S44-48.
Centers for Disease Control and Prevention. 2000. Monitoring hospital-acquired infections to promote patient safety–United States, 1990-1999. MMWR Morb Mortal Wkly Rep.49(RR-8):149-53.
DCP2 (2008). Public health surveillance. The best weapon to avert epidemics. Disease Control
Departemen Kesehatan RI. Pedoman Nasional Terapi Antiretroviral. Panduan Tatalaksana Klinis Infeksi HIV pada Orang Dewasa dan Remaja. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.

3 komentar:

Unknown mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
PIRC FKM Undip mengatakan...

izin ambil bahaan untuk tugass

Anonim mengatakan...

Casino Site - Lucky Club Live - Live Roulette
Live Roulette. Live Roulette is a roulette game luckyclub that offers a unique casino experience, which is made with real money. You can choose a casino to play

Posting Komentar