Pages

Subscribe:

Minggu, 19 Mei 2013

PENYAKIT STROKE

                                                                     BAB II
                                                             PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Stroke
Penyakit stroke adalah gangguan fungsi otak akibat aliran darah ke otak mengalami gangguan (berkurang). Akibatnya, nutrisi dan oksigen yang dbutuhkan otak tidak terpenuhi dengan baik. Penyebab stroke ada 2 macam, yaitu adanya sumbatan di pembuluh darah (trombus), dan adanya pembuluh darah yang pecah.Umumnya stroke diderita oleh orang tua, karena proses penuaan menyebabkan pembuluh darah mengeras dan menyempit (arteriosclerosis) dan adanya lemak yang menyumbat pembuluh darah (atherosclerosis). Tapi beberapa kasus terakhir menunjukkan peningkatan kasus stroke yang terjadi pada usia remaja dan usia produktif (15 – 40 tahun). Pada golongan ini, penyebab utama stroke adalah stress, penyalahgunaan narkoba, alkohol, faktor keturunan, dan gaya hidup yang tidak sehat
.
Penyebab serangan stroke lainnya adalah makanan dengan kadar kolesterol jahat (Low Density Lipoprotein) yang sangat tinggi. Koleserol jahat ini banyak terdapat pada junk food, atau makanan cepat saji. Selain itu, penyebab terjadinya serangan stroke lainnya adalah kebiasaan malas berolah raga dan bergerak, banyak minum alkohol, merokok, penggunaan narkotika dan zat adiktif, waktu istirahat yang sangat kurang, serta stress yang berkepanjangan. Pecahnya pembuluh darah juga sering diakibatkan karena penyakit tekanan darah tinggi (hipertensi)..
2.2 Jumlah Penderita Penyakit Stroke Meningkat
Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan oleh Yayasan StrokeIndonesia, masalah stroke semakin penting dan mendesak karena kini jumlah penderita Stroke di Indonesia terbanyak dan menduduki urutan pertama diAsia. Jumlah yang disebabkan oleh stroke menduduki urutan kedua pada usia diatas 60 tahun dan urutan kelima pada usia 15-59 tahun. Stroke merupakan penyebab kecacatan serius menetap no 1 di seluruh dunia.
pada tanggal 29 Oktober diperingati sebagai hari stroke dunia, saat ini diingatkan bahwa 1 dari 6 orang menderita stroke dan hampir setiap 6 detik seseorang meninggal karena stroke . Organisasi Stroke Dunia mencatat hampir 85% orang yang mempunyai faktor resiko dapat terhindar dari stroke bila menyadari dan mengatasi faktor resiko tersebut sejak dini.
Badan kesehatan dunia memprediksi bahwa kematian akibat stroke akan meningkat seiring dengan kematian akibat penyakit jantung dan kanker kurang lebih 6 juta pada tahun 2010 menjadi 8 juta di tahun 2030.
Di Amerika Serikat tercatat hampir setiap 45 detik terjadi kasus stroke, dan setiap 4 detik terjadi kematian akibat stroke. Pada tahun 2010, Amerika telah menghabiskan $ 73,7 juta untuk menbiayai tanggungan medis dan rehabilitasi akibat stroke.
Secara normal darah mengangkut oksigen dan nutrisi untuk sel – sel otak. Tanpa aliran darah , sel otak akan cepat mati. Setiap detik 32.000 sel otak yang tidak mendapat suplai oksigen akan mati.
Beberapa faktor resiko terjadinya stroke , antara lain
Yang Dapat Di Modifikasi ( Diubah ) Seperti :
1.    Merokok
2.    Alkohol
3.    Diabetes
4.    Hiperlipidemia ( Hiperkolesterol )
5.    Obesitas
6.    Penyakit Hipertensi Yang Tidak Terkontrol Dengan Obat
•    Yang Tidak Dapat Di Modifikasi Seperti
1.    Komorbid Dengan Penyakit Jantung (Penyakit Jantung Koroner )
2.    Stenosis Arteri Karotis
3.    Penyakit Anemia Sel Sabit
4.    Usia Lanjut
5.    Pengguna Obat- obatan Anti Pembekuan Darah
6.    Memiliki Riwayat Penyakit Tekanan Darah Tinggi Yang Kronis  ( Jangka Waktu Lama )
7.    Memiliki Riwayat Gangguan Pembuluh Darah
Saat ini yang cukup memprihatinkan adalah meningkatnya kasus-kasus stroke pada usia muda yang diakibatkan tingkat stress yang tinggi dan kebiasaan pola hidup yang kurang sehat seperti sering mengkonsumsi makanan siap saji yang cukup banyak dan kurangnya olahraga
2.3 Stroke Tia / Stroke Mini
TIA merupakan suatu stroke yang berlangsung sesaat dan tidak menyebabkan gejala sisa apapun. Gejala berlangsung kurang dari 24 jam sehingga fungsi otak yang terganggu dapat kembali normal. Namun, TIA yang berulang dapat menyebabkan terbentuknya bekuan darah yang sewaktu-waktu dapat menyebar ke seluruh tubuh lewat pembuluh darah. Sekitar 1 dari 5 orang yang pernah mengalami TIA akan mengalami serangan stroke dalam waktu kurang lebih 3 bulan.  TIA harus diwaspadai sebagai kondisi kegawatdaruratan sebab tidak ada jaminan akan sembuh dan fungsi akan kembali normal. Oleh karena itulah meskipun gejala sudah menghilang tetapi tetap harus dicek kembali di RS karena tidak ada bedanya dengan penanganan stroke.
Gejala TIA sama seperti stroke , antara lain penglihatan ganda, pusing (vertigo), kehilangan keseimbangan, kelemahan satu sisi tubuh ataupun kelumpuhan tangan, kaki, wajah ataupun seluruh tubuh, tidak lancar berbicara dan tidak mengerti perintah. Bekuan darah yang terbentuk dapat menyumbat pembuluh darah di daerah retina sehingga menimbulkan gejala gangguan di mata seperti hilangnya penglihatan sementara (amaurosis fugax).
Perlu diingatkan lagi untuk gejala pada penderita stroke tidak hanya kelemahan tubuh saja yang menjadi fokus utama tetapi bisa terjadi gangguan pada fungsi kognitif yang bersifat mendadak, seperti :
•    Mendadak Mati rasa , kesemutan dan kelemahan pada wajah , tangan, atau kaki pada sisi tubuh atau seluruh tubuh
•    Mendadak Kebinggungan , Lupa mendadak , sulit berbicara ataupun sulit mengerti
•    Mendadak muncul masalah penglihatan pada satu atau kedua mata ( penglihatan ganda, penglihatan gelap)
•    Mendadak kesulitan berjalan, dan kehilangan keseimbangan tubuh
•    Mendadak pusing berat tanpa sebab yang jelas
merupakan sebuah singkatan yang terdiri dari
Face : Cek muka Mereka , apakah saat tersenyum akan terlihat sudut mulut yang turun
Arms : Dapatkah mengangkat kedua tangan  ataukah ada tangan yang lemah
Speech : Apakah lancar berbicara dan dapat di mengerti  atau terdengar cadel
Time : Segera hubungi rumah sakit terdekat ,semakin cepat maka semakin baik
2.4 Kenali Stroke Dan Fast Dan Bertindak “Fast “(Cepat )

     dr.Yuda Turana Sp.S mengungkapkan bahwa banyak persepsi yang salah dalam mengenal stroke, misalnya saat mengalami gejala stroke ada beberapa orang melakukan penusukan pada ujung – ujung jari menggunakan jarum dengan harapan akan mendapat kesembuhan. Namun bila hal tersebut dilakukan malah akan terjadi sebaliknya, dengan menusukkan jarum maka akan menyebabkan nyeri yang dapat memicu terjadinya kenaikan tekanan darah dan memperburuk keadaan stroke.
Ada juga yang memberikan ramuan – ramuan tradisional yang dipercaya dapat menyembuhkan penyakit dan menghilangkan gejala stroke, namun ada beberapa ramuan yang dapat menyebabkan gangguan pembekuan darah yang bila diberikan pada penderita stroke perdarahan akan memperburuk keadaannya. Oleh karena itu sebaiknya dihindari pemberian ramuan atau obat – obatan tradisional sebelum diketahui dengan pasti apakah stroke iskemik ( sumbatan ) atau stroke perdarahan.
“Waktu adalah Otak” itulah semboyan yang harus diingat oleh setiap orang, semakin cepat mendiagnosis dan mengobati maka tidak hanya menyelamatkan hidup tetapi dapat memulihkan keadaan semakin cepat.
Oleh karena itu semua maka sebaiknya bila muncul gejala stroke harus segera dibawa ke Rumah Sakit terdekat untuk mendapatkan penanganan secepat mungkin untuk dapat mencegah terjadinya perburukan keadaan.
Tujuan dalam penatalaksaan stroke iskemik adalah menghancurkan dan menghilangkan bekuan darah yang terbentuk dan menghalangi aliran darah ke otak.
Obat – obatan yang sering dipakai untuk menangani stroke iskemik adalah anti platelet, contohnya aspirin. Aspirin diberikan dosis kecil. Di beberapa negara sudah dilakukan “Primary Prevention” dimana aspirin dikonsumsi tidak hanya saat terjadi serangan namun dikonsumsi secara terus menerus pada wanita setelah menopause dan pria dengan faktor resiko seperti Hiperlipidemik, Diabetes, Hipertensi, dan Obesitas sehingga dapt mencegah terjadinya stroke..
Beberapa obat – obatan lain yang diberikan dalam  penatalaksanaan stroke iskemik meliputi
1.    RTPA (Recombinant Tissue Plasminogen Activator) : Alteplase, Streptokinase
Diberikan secara intravena digunakan untuk menghancurkan bekuan darah yang terbentuk. Hanya digunakan dengan syarat
•      kurang lebih 3-6 jam setelah serangan,
•      jangan diberikan bila ada tanda – tanda trombosis vena serebral
•      tidak pernah ada riwayat operasi kepala
•     hipertensi ≥185 mmHg
Dapat menimbulkan efek samping yang cukup tinggi seperti terjadinya perdarahan otak
•    Anti Koagulan : Heparin, Warfarin, Enoxaparin Digunakan untuk mencegah terbentuknya emboli atau mencegah bila ada bekuan baru, hanya sebatas untuk kasus pada stroke dengan fibrilasi atrium
•    Anti Platelet : Aspirin, Tidopidine, Clopidogrel
•    Neuroprotector : Citikolin
•    Anti Hipertensi : Labetolol, Nicardipine, Enalapril, Sodium Nitropruside Untuk beberapa kasus kegawatdaruratan tidak dianjurkan pemberian vasodilator cepat (Nitrogliserin, Hydralazin) karena dapat memperburuk keadaan.Pada stroke sumbatan, penurunan tekanan darah tidak dianjurkan terlalu agresif, bahkan tekanan darah dibiarkan tinggi kecuali bila diatas 220/120 mmHg maka harus segera diturunkan. Penurunan tekanan darah yang dianjurkan ≤ 20%
•    Menurunkan tekanan Intrakranial : Manitol
•    Obat lambung : Antasid (untuk mencegah ulcer dan refluks lambung) hanya diberikan sesuai dengan indikasi tertentu
Untuk kasus perdarahan biasanya penatalaksaan hanya konservatif dan beberapa kasus membutuhkan penatalaksanaan dengan teknik operasi. Tujuan dalam penatalaksaan stroke perdarahan adalah menghentikan perdarahan secepatnya dan  menyingkirkan gumpalan darah yang terjadi di otak sehingga tidak terjadi penumpukan darah yang dapat memicu terjadinya peningkatan tekanan dalam otak.Beberapa indikasi untuk dilakukan tindakan operasi antara lain
•    Cukup luas dan terletak di pinggir
•    Masuk ke ruang ventrikel
•    Terjadi pada usia muda
•    Terdapat kelainan arteri vena (Arteriovenous Malformation)
2.5 Mencegah Terjadinya Stroke
Stroke merupakan suatu hasil akhir yang dari suatu proses faktor resiko, oleh karena itu dalam pencegahan sebaiknya kita menitik beratkan pada menjaga , mencegah, dan mengatasi faktor resiko. Sebagai contohnya adalah
•    Memperbaiki keadaan hiperlipidemi, dengan cara memperbaiki pola makanan dan meningkatkan aktifitas fisik (olahraga teratur), dapat pula dibantu dengan obat – obatan seperti golongan statin simvastatin, atorvastatin, dlsb) , atau kombinasi statin& antiplatelet (Pravastatin & Acetylsalisilic Acid (Novosta®) , dan lain sebagainya.
•    Menghentikan konsumsi rokok
Jangan menganggap remeh tentang pentingnya berhenti     merokok. Untuk berhenti merokok tidak peduli sejak    kapan mulai merokok, atau berapa banyak merokok.Semakin cepat berhenti merokok maka akan    menurunkan resiko stroke
•    Menghentikan konsumsi alkohol
•    Mengurangi obesitas dengan menurunkan berat badan sesuai berat badan ideal dan olahraga teratur
•    Jika mempunyai penyakit diabetes, harus mengkonsumsi obat – obat diabetes teratur dan menjaga pola makan serta olahraga teratur
•    Jika mempunyai penyakit hipertensi, harus mengkonsomsi obat – obatan hipertensi teratur sehingga dapat menjaga tekanan darah stabil
•    Teratur berolahraga dan mengkonsumsi makanan sehat dan kaya nutrisi
•    Rutin memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan
•    Cegah kondisi stress
2.6 Obat Primery Prevention Stroke
Salah satu obat primary prevention untuk stroke adalah aspirin tunggal atau kombinasinya seperti Pravastatin & Acetylsalisilic Acid (Novosta®). Berikut bukti ilmiah untuk  kombinasi statin& antiplatelet (Pravastatin & Acetylsalisilic Acid (Novosta®):
•    Modulation of ADP – induced platelet activion by aspirin pravastation Role of LOX-1 , nitric oxide , oxidative stress and inside- out integrin signaling  
Latar Belakang
LOX-1 adalah reseptor untuk ox-LDL yang mengaktifkan sel endotelia dan berperan untuk atherothrombosis. Baik Aspirin maupun penghambat reduktasi HMG CoA (statin) dapat mengurangi paparan LOX -1 pada sel endotelia. pada studi ini kita meneliti pengaruh aspirin dan pravastatin terhadap paparan LOX-1 pada trombosit.
Hasil
Aspirin dan Pravastatin dapat mengurangi reactive oxygen species (ROS) yang dilepaskan oleh trombosit dengan mengukur MDA bebas dan perbandingan nitrat/nitrit. Aspirin dan Pravastatin juga meningkatkan Nitric oxide(NO) bebas yang diukur dari perbandingan nitrit/NOx . Kemudian , aspirin dan pravastatin menghambat peran LOX-1 terhadap trombosit yang dapat berpengaruh terhadap pelepasan ROS dan NO dari trombosit yg teraktivasi.
Kesimpulan
terdapat pengaruh sinergis antara aspirin dan pravastatin sebagai obat anti-atherothrombotic.
•    Pravastatin inhibits Expression of lectin- like Oxidized low- Density
  Lipoprotein Receptor-1 (LOX-1) in Watanabe Heritable Hyperlipidemic Rabbits : A New Pleiotropic Effect Of Statins 
Latar Belakang
LOX-1 merupakan reseptor OxLDL, yang mengatur pembentukan sel busa makrofag dan sel otot polos. penghambatan terhadap LOX-1 dapat mengurangi pembentukan sel busa dan mungkin akan berpengaruh terhadap pembentukan inti lemak pada lesi aterosklerosis. karena statin dapat menurunkan fungsi LOX-1 maka kita melakukanpengujian terhadap pravastatin. apakah pravastatin dapat menurunkan fungsi LOX-1 dan mengurangi pembentukan lemak pada kelinci yang mengalami hiperlipidemik.
Metode dan Hasil
Pravastatin menurunkan fungsi LOX-1 pada makrofag dan sel otot halus manusia. pada penelitian ini dilakukan pada kelinci yang hiperlipidemik. Pravastatin yang diberikan terhadap kelinci menunjukan hasil yang signifikan dibandingkan yang tidak diberikan pravastatin. hasilnya secara signifikan menurunkan protein LOX-1 dan mRNA di lengkung aorta. Lemak yang terdapat di daerah aorta menunjukkan penurunan yang drastis pada rasio antara daerah lemak inti/area lesi seluruhnya pada kelinci yang diberikan pravastatin.
Kesimpulan
Penghambatan in vivo terhadap LOX-1 yang telah dibuktikan oleh pravastatin telah menunjukkan  efek pleiotropik. Dengan menhambat paparan LOX-1 ini dapat menurunkan mekanisme pembentukan lemak yang merupakan efek pravastatin terhadap atherogenesis
•    Aspirin Inhibits ox-LDL -mediated LOX-1 expression and metalloproteinase -1 in human cironary endothelial cells
Latar Belakang
Aspirin dianggap berperan terhadap penyakit vaskular dengan menghambat agregasi trombosit. Aktivasi endotelia, penumpukan ox-LDL, dan peradangan merupakan karakteristik aterosklerosis pada iskemik miokardium akut. OX-ldl memicu LOX-1 pada sel endotelia dan membentuk matriks metalloprotein (MMPs) yang menstabilkan plak. Kami berhipotesis bahwa aspirin dapat menghambat perangsangan LOX-1 dan aktifitas MMPs.
Metode dan Hasil
Sel endotelia arteri koroner manusia (HCAECs) diinkubasi dengan aspirin, sodium salisilat, atau indomethasin sebelum pengobatan dengan ox-LDL. Aspirinmengurangi ox-LDL yang termediasi dengan penempelan LOX-1. Ox-LDL juga meningkatkan MMP-1 dan pengobatan dengan aspirin dapat mengurangi efek tersebut. Ox-LDL juga meningkatkan aktifitas p38MAPK pada HCAECs dan aspirin memblok efek ox-LDL. Pengobatan HCAECs dengan salisilat menyebabkan penekanan terhadap LOX-1 , yang efeknya mirip dengan aspirin. lebih penting lagi, baik aspirin maupun salisilat dapat menurunkan anion superoksida pada ox-LDL yang sudah menyembuhkan HCAECs.
Kesimpulan
Menurut beberapa pengamat menyarankan aspirin menghambat ox-LDL yang dimediasi oleh LOX-1 dan mengganggu efek ox-LDL pada intrasel (aktifasi p38MAPK) dan aktifitas MMP-1. Efek aspirin dapat melengkapi efek penghambatan trombosit pada iskemik miokardium akut
•    The Effect Of Low Dose Pravasatatin On Fibrinogen , C- Reactive – Protein
And C3 Complement Levels     
Latar Belakang
Penyakit arteri koroner merupakan penyebab utama kematian. Pengobatan anti hiperlipidemik merupakan pengobatan utama dalam langkah manajemen Penyakit arteri koroner ini. Ezetimibe mungkin dapat digunakan ketika statin terbukti tidak efektif atau digunakan untuk menurunkan efek sampingnya. Studi saat ini  meneliti mengenai efek pravastatin dosis tinggi (40mg) dan  dosisi rendah (10mg) + ezetimibe (10mg) sebagai terapi kombinasi dalam pengaturan lemak dan glukosa.
Metode dan Hasil
Dilakukan penelitian dari 100 orang terbagi atas 50 orang diberikan 40 mg pravastatin (grup 1)  dan 50 orang diberikan 10mg pravastatin + 10 mg ezetimibe ( grup 2). Hasil yang didapat adalah pada grup 1, kolesterol total menurun sekitar 19,8 mg/dL, trigliserid menurun sekitar 52,6 mg/dL dan LDL menurun sekitar 32,3 mg/dL. Sedangkan pada grup 2 diperoleh hasil kolesterol turun sekitar 63 mg/dL, trigliserid turun sekitar 115.7 mg/dL, dan LDL turun sekitar 41,2 mg/dL.
Kesimpulan
Kedua regimen terapi dinilai sama  sama efektif. meskipun kita menemukan bahwa kombinasi pravastatin dan ezetimibe lebih efektif dibandingkan dengan pravastatin dosis tinggi dalam terapi lemak, metabolisme glukosa dan peradangan
•    The Effect Of High Dose Pravastatin And Low Dose Pravastatin And Ezetimibe Combination Therapy On Lipid , Glicose Metabolim And Inflammation
Latar Belakang
Untuk menyelidiki efek pravastatin dosis rendah terhadap C-Reactive Protein (CRP), fibrinogen , dan level  C3 pada pasien dengan hiperkolesterol.
Metode dan Hasil
Penelitian dilakukan dengan 55 orang penderita hiperkolesterol terbagi 2. grup 1 terdiri dari 31 orang ( 19 orang hiperkolesterol disertai hipertensi, 5 orang pernah mengalami infark miokardium, 13 orang hanya hiperkolesterol) . Usia rata-rata 54,3 tahun dan kolesterol rata-rata 266 mg/dL. Level CRP diukur dengan metode nepholemetric dan level fibrinogen diukur dengan metode Clauss. Pasien tersebut diberikan 10 mg pravastatin setiap hati dibawah pengawasan American Heart Association melakukan diet , kemudian kadar CPR dan fibrinogen diukur setiap 2 bulan. Grup 2 terdiri dari 20 orang (13 orang hiperkolesterol dan hipertensi, 7 hiperkolesterol saja). Usia rata –rata 56,3 tahun dan kadar kolesterol rata- rata 239 mg/dL. Grup 2 mendapat pengawasan dari  American Heart Association melakukan diet, kemudian dilakukan pengecekan kadar CRPdan fibrinogen saat awal sebagai kontrol dan setelah 2 bulan. Hasil yang didapatkan adalah grup 1 memiliki kadar CRP dan fibrinogen lebih rendah namun kadar C3 tidak menurun secara signifikan. Grup 2 juga mengalami penurunan kadar fibrinogen dan C3 yang dimana secara statistik tidak signifikan.
Kesimpulan
Terapi pravastatin dosis rendah pada pasien hiperkolesterol dapat menurunkan fibrinogen dan kadar CRP namun tidak berpengaruh terhadap kadar C3.
•    Pravastatin In Elderly Individuals at risk of vascular disease ( PROSPER ): a randomised controlled trial
Latar Belakang
Meskipun statin sudah terbukti dapat menurunkan angka kematian dan kesakitan akibat penyakit jantung koroner dan stroke pada usia menengah , namun dalam pengunaan dan batas keamanan untuk usia lanjut belum dapat dibuktikan seluruhnya. Tujuan kami dalam penelitian ini adalah untuk menemukan keuntungan  pravastatin bila digunakan pada usia lanjut baik pria maupun wanita ataupun pada orang – orang yang memiliki faktor resiko untuk penyakit jantung dan stroke.
Metode dan Hasil
Diambil sampel secara acak dari 5804 pria dan wanita yg berusia 70-82 tahun dengan memiliki riwayat ataupun faktor resiko penyakit pembuluh darah. sebagian orang diberikan pravastatin 40 mg, sebagian placebo. Didapatkan pravastatin menurunkan Kolesterol total dan LDL sekitar 34% dan menurunkan kematian akibat penyakit jantung koroner dan infark miokardium. Penyakit stroke tidak terlalu banyak terpengaruh namun untuk angka kejadian serangan stroke mini menurun. Meskipun pravastatin dibandingkan dengan statin lainnya menunjukkan tidak adanya kenaikan untuk resiko penyakit koroner, dan hanya untuk grup dengan menggunakan pravastatin dapat menurunkan kematian akibat penyakit koroner.
Kesimpulan
Pravastatin diberikan 3 tahun untuk menurunkan resiko penyakit koroner pada usia lanjut. Pravastatin saat ini tidak hanya diberikan untuk usia menengah namun untuk usia lanjut juga.
•    Cholesterol Lowering With Pravastatin Improves Resistance Artery Endothelial Function : Report of Six Subjects With Normal Coronary Arteriograms
Latar belakang
Perbaikan fungsi endotel pada arteri koroner telah dibuktikan setelah penurunan kadar kolesterol pada pasien hiperkolesterol dengan atherosklerosis. Tujuan penelitian ini adlah untuk menyelidiki efek penurunan kolesterol dengan pravastatin terhadap resistensi fungsi endotel arteri koroner.
Metode dan Hasil
Dilakukan pengujian secara nvasif terhadap fungsi endotel koroner dan vasomotor dan setelah pengobatan dengan pravastatin selama 6 bulan  terhadap 6 pasien dengan arteriogram koroner yang normal. Hasilnya setelah 6 bulan didapatkan bahwa kadar LDL turun sekitar 40 mg/dL dan peningkatan persentasi aliran darah koroner.
Kesimpulan
Studi ini menunjukkan secara signifikan peningkatan fungsi sel endotel dan resistensi arteri koroner setelah 6 bulan mengkonsumsi pravastatin untuk menurunkan kadar kolesterol pada 6 pasien yang mimiliki riwayat nyeri dada namun arteriogramnya normal. Kecenderungan terhadap peningkatan vasomotor epikardium juga dipantau.
8.    Pravastatin Therapy In Hyperlipidemia : Effects on Thrombus Formation And The Systemic Hemostatic Profile
Latar belakang
Menurunkan kadar kolesterol dapat menurunkan angka kejadian penyakit jantung koroner namun analisa mengenai efek penurunan lemak terhadap profil darh dan trombosit belum dibuktikan nyata. Studi ini dilakukan untuk menemukan efek penurunan lemak dengan menggunakan pravastatin dan pengaruhnya terhadap profil fibrinolitik dan pembentukan tromus.
Metode dan Hasil
Kami meneliti dari 93 orang denagn kadar LDL-kolesterol >145 mg/dL. pasien engan riwayat penyakit jantung koroner mendapat pravastatin dan pasien yang tidak memiliki riwayat penyakit jantung koroner secara acak mendapat plasebo dan pravastatin. pembentukan Pembentukan trombus pada sebuah
permukaan pembuluh darah yang terluka dinilai dalam subpenelitian dari 40 pasiendengan yang sebelumnya divalidasi ex vivo perfusi ruang sistem. Hemostatik sistemik spidol dan pembentukan trombus dievaluasi pada awal, tiga dan enam bulan.
Kelompok pravastatin menunjukkan penurunan LDL-kolesterol sekitar 30% dalam waktu 6 minggu, dan penurunan plasminogen activator inhibitor-1 15-18% pada 3 bulan dan 21-23% pada 6 bulan. Tidak ada perubahan yang signifikan
dengan pengobatan d-dimer, fibrinopeptide A, fragmen protrombin F1.2, faktor
VIIA, faktor von Willebrand, atau C-reactive protein. Tingkat fibrinogen secara signifikan meningkat pada 6 bulan dibandingkan dengan baseline, meski masih di bawah batas normal atas. Para pasien dengan riwayat penyakit jantung koroner menunjukkan penurunan dalam pembentukan trombus sekitar 13% pada 3
bulan, dan 16% pada 6 bulan. Perubahan dalam LDL-C-berkorelasi dengan
perubahan dalam pembentukan trombus
Kesimpulan
Terapi pravastatin secara signifikan menurun pembentukan trombus dan meningkatkan profil fibrinolitik pada pasien dengan dan tanpa penyakit jantung koroner. Efek ini mungkin dapat, menjelaskan manfaat diberikan dalam pencegahan primer dan sekunder dari penyakit jantung koroner.
2.7 Harapan Sembuh Dari Stroke
Menurut dr.Yuda Turana Sp.S , Stroke dapat sembuh sempurna atau tidak tergantung pada
•    Jenis stroke     : sumbatan atau perdarahan
•    Lokasi stroke
•    Besar atau kecilnya lesi
•    Faktor resiko
Bila lokasi di otak mengenai bagian – bagian yang sangat penting dan lesi cukup luas seperti pada batang otak maka prognosis kesembuhannya akan lebih buruk. Demikian juga jika stroke disertai dengan adanya fibrilasi atrium di jantung maka kemungkinan besar akan terjadi stroke berulang. Semakin faktor resiko tidak tertangani dengan baik maka prognosis akan semakin buruk.
Sebaliknya jika lokasi stroke di otak tidak mengenai bagian yang sangat penting dan luas lesi kecil dengan faktor resiko yang tertangani dengan baik maka stroke dapat sembuh sempurna
Oleh karena itu sebaiknya bila kita menemui gejala stroke maka sedini mungkin kita harus memeriksakan diri ke Rumah sakit terdekat untuk mendapat penanganan secepatnya, dan hindari persepsi yang salah mengenai stroke.
2.6 Menghadapi Kehidupan Setelah Mengalami Stroke
Banyak tantangan baru yang akan muncul setelah mengalami stroke, oleh karena itu jangan pernah menyerah dalam menghadapi tantangan tersebut. Marilah kita alami setiap pengalaman baru dari sisi yang berbeda.
Baik penderita yang selamat dari stroke maupun keluarganya akan mengalami sedikit kekuatiran saat kembali ke rumah.Paraperawat khusus akan kuatir meninggalkan penderita tersebut sendirian saat di rumah, kuatir akan terjadi serangan stroke kembali dan lain sebagainya. Oleh karena itu sangat membutuhkan dukungan dari keluarga dan pihak tenaga medis sebagai tim.
Para penderita stroke yang selamat akan mengalami kesulitan dan keterbatasan saat melakukan aktifitas sehari – hari yang berdampak kepada hubungan, keintiman baik dalam pekerjaan maupun hobi. Oleh karena itu, mulailah mencari banyak manfaat , masukan dan saran dari kumpulan para penderita lain yang selamat dari stroke, perawat khusus dan para dokter profesional.
Para penderita yang selamat dari stroke dapat kembali bekerja bila sudah mengalami banyak perbaikan. Harus memulai hidup sehat dan menghindari semua faktor resiko yang ada. Paska Stroke dapat meliputi
1.    Farmakpterapi ( Obat-Obatan )
Tujuan pemberian obat adalah untuk mengurangi faktor resiko dan mencegah terjadinya serangan stroke berulang
2.    Fisioterapi ( Rehabilitas )
Tujuan Rehabilitas ini adalah untuk mempercepat terjadinya  pemulihan dan membantu mengurangi kecacatan yang terjadi . fisioterapi ini tergantung pada tingkat kecacatan yang di timbulkan akibat stroke
Rehabilitasi Stroke
Di AS, penderita stroke mencapai 700.00 dan hampir dua pertiganya membutuhkan rehabilitasi. Meskipun Rehabilitasi tidak menyembuhkan penyakit namun rehabilitasi sangat dibutuhkan untuk mencapai kondisi mandiri dan meningkatkan kualitas hidup. Begitu pula diIndonesia, saat ini begitu banyak korban akibat stroke yang mengalami gangguan dalam fungsi sehari-hari. Mari kita kenali beberapa hal yang dapat membantu kita pulih dari serangan stroke.
Rehabilitas Paska Stroke
Banyak yang merasa bahwa rehabilitasi adalah sesuatu yang sia-sia namun, kita perlu pemahaman yang jelas mengenai tujuan dan apa saja yang dilakukan saat rehabilitasi. Berikut adalah beberapa pendapat dari dr.Theresia Diah Arini, SpKFR, dimana beliau aktif untuk membantu menangani pasien paska stroke di salah satu klinik stroke dijakarta.
Menurut dr.Theresia Diah Arini, SpKFR , tujuan utama dari rehabilitasi stroke adalah mengembalikan status fungsional pasien,agar bisa mandiri sesuai kemampuan yang masih ada. Pasien diharapkan mampu melakukan kembali aktivitas sehari-hari seperti perawatan diri sendiri, kegiatan rumah tangga dan aktivitas sosialnya secara mandiri atau dengan bantuan minimal dengan menggunakan kemampuan diri yang masih ada.
Tujuan rehabilitasi ini dicapai melalui pendekatan pasien secara holistik oleh Tim Rehabilitasi. Tim rehabilitasi ini terdiri dari :
•    Dokter Spesialis Kedokteran Fisik & Rehabilitasi (SpKFR , dahulu disebut Dokter Rehabilitasi Medik).
•    Terapi fisik (fisioterapi)
•    Terapi okupasi
•    Terapi wicara
•    Konseling psikologi
•    Petugas social  Medis
Kapan Harus Dimulai Rehabilitas
Pasien stroke sebaiknya mulai dikonsulkan ke dokter spesialis rehabilitasi (SpKFR) sejak hari pertama mulai perawatan di RS.
Hasil Apa Saja Yang Diharapkan Dalam Proses Rehabilitas
Perawatan bersama dengan Tim Rehabilitasi sejak awal bertujuan sebagai berikut:
•    Pada fase awal (akut) terutama adalah pencegahan komplikasi yang ditimbulkan akibat tirah baring (bedrest ) lama, seperti :
•     Mencegah ulkus dekubitus (luka daerah yang punggung/pantat yang selalu mendapat tekanan saat tidur)
•     Mencegah penumpukan sputum (dahak) untuk mencegah infeksi saluran pernapasan
•     Mencegah kekakuan sendi
•    Mencegah atrofi otot (pengecilanmassaotot)
•     Mencegah hipotensi ortostatik, osteoporosis dll.
1.    Pada fase lanjut (rehabilitasi)
•     Meminimalkan gejala sisa (sequelae) dan kecacatan akibat stroke
•     Memaksimalkan kemandirian dalam perawatan diri dan aktivitas sehari-hari
•     Kembali ke pekerjaan (back to work) sehingga diharapkan dapat berperan aktif dalam kehidupan seperti sedia kala
Terapi Rehabilitas Untuk Stroke
Kecacatan yang ditimbulkan tergantung pada bagian mana yang mengalami kerusakan akibat stroke, dan seberapa luas kerusakan tersebut. Secara umum kecacatan yang timbul dapat dikelompokkan menjadi 5 , antara lain :
•    Kelumpuhan atau gangguan mengatur gerakan (motorik)
•     Gangguan perasa (sensorik) , termasuk nyeri
•     Gangguan bahasa (aphasia)
•     Gangguan berpikir atau daya ingat (memori)
•     Gangguan emosi.
Untuk dapat mengatasi masalah-masalah diatas tersebut maka kita dalam proses rehabilitasi paska stroke akan melakukan terapi secara holistik dan variasi, seperti terapi fisik, terapi okupasi, terapi wicara, konseling dan bimbingan rohani. Mari kita kenali terapi apa saja yang dilakukan saat rehabilitasi
Apa itu Terapi Fisik?
Atau yang lebih dikenal dengan fisioterapis, merupakan bagian dari Tim Rehabilitasi Medik yang berperan dalam melatih pasien dengan gangguan postur, gangguan gerak dan masalah otot. Tugas fisioterapis adalah :
•    membantu pasien dalam melakukan exercise atau manipulasi otot sesuai dengan masalah pasien, misalnya latihan penguatan otot, hydrotherapy, latihan keseimbangan dan koordinasi, latihan peregangan otot dll.
•    membantu pasien mengatasi masalah otot dengan alat-alat fisioterapi atas instruksi dokter SpKFR
apa itu Terapi Okupasi?
Adalah bagian dari Tim Rehabilitasi Medik yang berperan dalam:
•    membantu pasien melakukan gerakan motorik halus.
•    melatih pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari seperti misalnya pindah dari duduk ke berdiri, mandi,berpakaian,makan dll.
•    melatih pasien melakukan gerakan adaptif dengan berbagai alat bantu.
•    membantu pasien dalam proses kembali bekerja (back to work).
apa itu Terapi Wicara?
Adalah bagian dari Tim Rehabilitasi Medik yang berperan dalam:
•    membantu pasien untuk berkomunikasi untuk membantu komunikasi misalnya dengan latihan pengucapan kata (artikulasi) atau komunikasi dengan alat bantu.
•    membantu pasien dengan gangguan menelan (disfagia) dengan latihan / maneuver khusus untuk mempermudah proses menelan.
Konseling Psikologi
•    membantu memberikan support mental bagi pasien saat pasien mengalami depresi.
•    melakukan tes intelektual (tes IQ) bila diperlukan.
1.    Petugas Sosial Medis
•    melakukan evaluasi tempat tinggal dan pekerjaan pasien dan memberikan edukasi untuk mengatur tempat tinggal yang mempermudah pasien melakukan aktivitas sesuai kondisi pasien.
•    membantu mencarikan donatur bila ada pasien yang memerlukan biaya.
•    apabila diperlukan, membantu pasien untuk mendapatkan ketrampilan sesuai dengan kondisi pasien, agar dapat digunakan untuk mata pencaharian.
•    Pembimbing rohani dapat membantu untuk support mental pasien di bidang keagamaan.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Penyakit Stroke adalah penyakit pembuluh darah otak yang ditandai dengan rusaknya jaringan otak . Ada 2 macam penyakit stroke, yaitu kerusakan jaringan otak akibat penyumbatan / penyempitan ( infark ) dan akibat perdarahan pembuluh darah otak ( bleeding ). Penyakit ini ditandai dengan adanya gejala gejala menurunnya fungsi susunan saraf bisa dibagi 2 jenis yaitu Stroke iskemik ( infark ) dan Stroke hemoragik.
Dengan cara pola hidup yang sehat dapat mencegah penyakit stroke tersebut. Hidup terasa lebih nyaman dan indah dengan melakukan pencegahan terhadap penyakit stroke ini, daripada kita sudah terkena dampaknya.
3.2 Saran
Penderita stroke jika sudah mengalami kerusakan persarafan atau kelumpuhan biasanya bersifat permanen. Maka dari itu, perlu adanya pendampingan ekstra baik kepada klien maupun kepada keluarga karena pada tahap awal tentunya klien akan merasakan depresi yang amat mendalam. Selain itu, perlu diberitahukan kepada keluarga untuk tidak merendahkan klien karena dapat timbul tekanan yang lebih dalam lagi kepada klien sehingga akan menimbulkan distress kepada klien sehingga mempengaruhi proses penyembuhan klien. Oleh karena itu, perlu danya peran perawat yang lebih peka terhadap perasaan klien dan keluarganya.






DAFTAR PUSTAKA

Adams HP Jr. Secondary prevention of atherothrombotic events after ischemic stroke. Mayo Clin Proc. 2009;84(1):43-51.
Adams RJ, Albers G, Alberts MJ, Benavente O, Furie K, Goldstein LB, et al. Update to the AHA/ASA recommendations for the prevention of stroke in patients with stroke and transient ischemic attack. Stroke. 2008 May;39(5):1647-52. Epub 2008 Mar 5.
Adams HP Jr, del Zoppo G, Alberts MJ, Bhatt DL, Brass L, Furlan A, et al. Guidelines for the early management of adults with ischemic stroke: a guideline from the American Heart Association/American Stroke Association Stroke Council, Clinical Cardiology Council, Cardiovascular Radiology and Intervention Council, and the Atherosclerotic Peripheral Vascular Disease and Quality of Care Outcomes in Research Interdisciplinary Working Groups: The American Academy of Neurology affirms the value of this guideline as an educational tool for neurologists. Circulation. 2007 May 22;115(20):e478-534.
Aguilar MI, Hart R, Pearce LA. Oral anticoagulants versus antiplatelet therapy for preventing stroke in patients with non-valvular atrial fibrillation and no history of stroke or transient ischemic attacks. Cochrane Database Syst Rev. 2007 Jul 18;(3):CD006186.
Albers GW, Amarenco P, Easton JD, Sacco RL, Teal P; American College of Chest Physicians. Antithrombotic and thrombolytic therapy for ischemic stroke: American College of Chest Physicians Evidence-Based Clinical Practice Guidelines (8th Edition). Chest. 2008 Jun;133(6 Suppl):630S-669S.
Amarenco P, Goldstein LB, Szarek M, Sillesen H, Rudolph AE, Callahan A 3rd, et al. Effects of intense low-density lipoprotein cholesterol reduction in patients with stroke or transient ischemic attack: the Stroke Prevention by Aggressive Reduction in Cholesterol Levels (SPARCL) trial. Stroke. 2007 Dec;38(12):3198-204. Epub 2007 Oct 25.
Chaturvedi S, Bruno A, Feasby T, Holloway R, Benavente O, Cohen SN, et al. Carotid endarterectomy -- an evidence-based review: report of the Therapeutics and Technology Assessment Subcommittee of the American Academy of Neurology. Neurology. 2005;65:794–801.




MAKALAH
IT KEPERAWATAN
 
Dosen Pembimbing :
IGA. Karnasih, M.Kep, Ns, Sp.Kep.Mat
Disusun oleh : 
M.Elyas Arif Budiman (12020023)
YAYASAN PENDIDIKAN JEMBER INTERNATIONAL SCHOOL
STIKES dr.SUEBANDI JEMBER
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
TAHUN  2013
 KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Mengenal Penyakit Stroke”.
Makalah ini berisikan tentang informasi tentang penyakit stroke, dimana terdapat jenis-jenis stroke, apa yang menjadi penyebab, cara menangani dan beberapa tips menghindari stroke.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.






                                                                                       Jember mei 2013

                            M.Elyas Arif Budima
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR      i
DAFTAR ISI     . ii
BAB 1 PENDAHULUAN    1
1.1 Latar Belakang    2
1.2 Rumusan Masalah    2
1.3 Tujuan    3
1.4 Manfaat    3
BAB II PEMBAHASAN     4
2.1 Pengertian Stroke     4
2.2 Jumlah Penderita Penyakit Stroke Meningkat    5
2.3 Stroke Tia / Stroke Mini    7
2.4 Kenali Stroke Dan Fast Dan Bertindak “Fast “(Cepat )    11
2.5 Mencegah Terjadinya Stroke    13
2.6 Obat Primery Prevention Stroke    18
BAB III PENUTUP    21
3.1 Kesimpulan    22
3.2 Saran    ..22
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................23

BAB I
          PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat, begitu pepatah mengatakan. Tubuh manusia sama halnya dengan fisik, yang bisa terlihat oleh mata. Tubuh sangat penting untuk melakukan sesuatu yang bersifat nyata seperti melakukan aktivitas sehari-hari. Dengan tubuh yang sehat, manusia bisa melakukan semua kegiatan atau hal yang diinginkannya. Namun tubuh juga tidak selalu sehat, dimana ada saat tubuh itu lemah, membutuhkan energi yang cukup, berhenti melakukan aktivitas seperti istirahat atau tidur. Kita sebaiknya menjaga tubuh agar tetap seimbang, mampu membagi waktu agar tidak memaksakan tubuh untuk selalu beraktivitas. Jika tidak bisa menjaganya dengan baik, tubuh akan mudah terkena dampak dari luar yang tidak kita ketahui penyebab sebelumnya dan akhirnya dapat menimbulkan sakit.
Perlu kita ketahui, tubuh yang terlihat sehat, tidak selalu di dalamnya sehat juga, ada faktor-faktor yang menyebabkan tubuh itu terdapat sesuatu yang mebuat kita merasa tidak nyaman, merasa sakit dan kita tidak menginginkannya itu terjadi yang dinamakan penyakit. Penyakit di dalam tubuh manusia bermacam-macam dan ada faktor yang menyebabkan penyakit itu ada seperti daya tahan tubuh itu sendiri, tubuh tidak mampu menahan atau menolak biologis dari luar yang tidak diinginkan oleh tubuh, ada juga faktor lain yaitu faktor genetika atau keturunan, misalnya jika ada seseorang yang terkena penyakit stroke kemungkinan besar keturunan anak atau cucunya bisa terkena penyakit stroke juga.
Pada penyakit stroke ini banyak faktor yang menyebabkan terbentuknya penyakit stroke selain faktor keturunan, yaitu akibat pola dan gaya hidup yang tidak sehat, seperti halnya merokok, makan yang berlebihan yang dapat menimbulkan obesitas atau kegemukan, makan atau minum yang gulanya tidak terkendali menyebabkan penyakit diabetes atau yang disebut kencing manis juga ada faktor emosional yang dapat menyebabkan hipertensi yang menjadi salah satu penyebab penyakit stroke.
Dengan berbagai faktor yang menyebabkan penyakit stroke itu ada, kita tidak perlu cemas, karena dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin maju kita dapat mengetahui bagaimana cara mencegah penyakit tersebut dan cara menangani jika sudah terkena dampak dari penyakit tersebut.                           
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka dapat dirumuskan masalah yaitu “Mengenal Penyakit Stroke dan Cara Menanganinya”.
1.3 Tujuan
Makalah ini di susun untuk memberikan pengetahuan kepada pembaca tentang penyakit stroke agar dapat mengenalinya dan cara menangani penyakit stroke.
1.4 Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat memberi manfaat khususnya memberi pengetahuan kepada pembaca mengenai penyakit stroke dan cara menanganinya.


BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Stroke


Penyakit stroke adalah gangguan fungsi otak akibat aliran darah ke otak mengalami gangguan (berkurang). Akibatnya, nutrisi dan oksigen yang dbutuhkan otak tidak terpenuhi dengan baik. Penyebab stroke ada 2 macam, yaitu adanya sumbatan di pembuluh darah (trombus), dan adanya pembuluh darah yang pecah.Umumnya stroke diderita oleh orang tua, karena proses penuaan menyebabkan pembuluh darah mengeras dan menyempit (arteriosclerosis) dan adanya lemak yang menyumbat pembuluh darah (atherosclerosis). Tapi beberapa kasus terakhir menunjukkan peningkatan kasus stroke yang terjadi pada usia remaja dan usia produktif (15 – 40 tahun). Pada golongan ini, penyebab utama stroke adalah stress, penyalahgunaan narkoba, alkohol, faktor keturunan, dan gaya hidup yang tidak sehat.
Penyebab serangan stroke lainnya adalah makanan dengan kadar kolesterol jahat (Low Density Lipoprotein) yang sangat tinggi. Koleserol jahat ini banyak terdapat pada junk food, atau makanan cepat saji. Selain itu, penyebab terjadinya serangan stroke lainnya adalah kebiasaan malas berolah raga dan bergerak, banyak minum alkohol, merokok, penggunaan narkotika dan zat adiktif, waktu istirahat yang sangat kurang, serta stress yang berkepanjangan. Pecahnya pembuluh darah juga sering diakibatkan karena penyakit tekanan darah tinggi (hipertensi)..
2.2 Jumlah Penderita Penyakit Stroke Meningkat
Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan oleh Yayasan StrokeIndonesia, masalah stroke semakin penting dan mendesak karena kini jumlah penderita Stroke di Indonesia terbanyak dan menduduki urutan pertama diAsia. Jumlah yang disebabkan oleh stroke menduduki urutan kedua pada usia diatas 60 tahun dan urutan kelima pada usia 15-59 tahun. Stroke merupakan penyebab kecacatan serius menetap no 1 di seluruh dunia.
pada tanggal 29 Oktober diperingati sebagai hari stroke dunia, saat ini diingatkan bahwa 1 dari 6 orang menderita stroke dan hampir setiap 6 detik seseorang meninggal karena stroke . Organisasi Stroke Dunia mencatat hampir 85% orang yang mempunyai faktor resiko dapat terhindar dari stroke bila menyadari dan mengatasi faktor resiko tersebut sejak dini.
Badan kesehatan dunia memprediksi bahwa kematian akibat stroke akan meningkat seiring dengan kematian akibat penyakit jantung dan kanker kurang lebih 6 juta pada tahun 2010 menjadi 8 juta di tahun 2030.
Di Amerika Serikat tercatat hampir setiap 45 detik terjadi kasus stroke, dan setiap 4 detik terjadi kematian akibat stroke. Pada tahun 2010, Amerika telah menghabiskan $ 73,7 juta untuk menbiayai tanggungan medis dan rehabilitasi akibat stroke.
Secara normal darah mengangkut oksigen dan nutrisi untuk sel – sel otak. Tanpa aliran darah , sel otak akan cepat mati. Setiap detik 32.000 sel otak yang tidak mendapat suplai oksigen akan mati.
Beberapa faktor resiko terjadinya stroke , antara lain
Yang Dapat Di Modifikasi ( Diubah ) Seperti :
1.    Merokok
2.    Alkohol
3.    Diabetes
4.    Hiperlipidemia ( Hiperkolesterol )
5.    Obesitas
6.    Penyakit Hipertensi Yang Tidak Terkontrol Dengan Obat
•    Yang Tidak Dapat Di Modifikasi Seperti
1.    Komorbid Dengan Penyakit Jantung (Penyakit Jantung Koroner )
2.    Stenosis Arteri Karotis
3.    Penyakit Anemia Sel Sabit
4.    Usia Lanjut
5.    Pengguna Obat- obatan Anti Pembekuan Darah
6.    Memiliki Riwayat Penyakit Tekanan Darah Tinggi Yang Kronis  ( Jangka Waktu Lama )
7.    Memiliki Riwayat Gangguan Pembuluh Darah
Saat ini yang cukup memprihatinkan adalah meningkatnya kasus-kasus stroke pada usia muda yang diakibatkan tingkat stress yang tinggi dan kebiasaan pola hidup yang kurang sehat seperti sering mengkonsumsi makanan siap saji yang cukup banyak dan kurangnya olahraga
2.3 Stroke Tia / Stroke Mini
TIA merupakan suatu stroke yang berlangsung sesaat dan tidak menyebabkan gejala sisa apapun. Gejala berlangsung kurang dari 24 jam sehingga fungsi otak yang terganggu dapat kembali normal. Namun, TIA yang berulang dapat menyebabkan terbentuknya bekuan darah yang sewaktu-waktu dapat menyebar ke seluruh tubuh lewat pembuluh darah. Sekitar 1 dari 5 orang yang pernah mengalami TIA akan mengalami serangan stroke dalam waktu kurang lebih 3 bulan.  TIA harus diwaspadai sebagai kondisi kegawatdaruratan sebab tidak ada jaminan akan sembuh dan fungsi akan kembali normal. Oleh karena itulah meskipun gejala sudah menghilang tetapi tetap harus dicek kembali di RS karena tidak ada bedanya dengan penanganan stroke.
Gejala TIA sama seperti stroke , antara lain penglihatan ganda, pusing (vertigo), kehilangan keseimbangan, kelemahan satu sisi tubuh ataupun kelumpuhan tangan, kaki, wajah ataupun seluruh tubuh, tidak lancar berbicara dan tidak mengerti perintah. Bekuan darah yang terbentuk dapat menyumbat pembuluh darah di daerah retina sehingga menimbulkan gejala gangguan di mata seperti hilangnya penglihatan sementara (amaurosis fugax).
Perlu diingatkan lagi untuk gejala pada penderita stroke tidak hanya kelemahan tubuh saja yang menjadi fokus utama tetapi bisa terjadi gangguan pada fungsi kognitif yang bersifat mendadak, seperti :
•    Mendadak Mati rasa , kesemutan dan kelemahan pada wajah , tangan, atau kaki pada sisi tubuh atau seluruh tubuh
•    Mendadak Kebinggungan , Lupa mendadak , sulit berbicara ataupun sulit mengerti
•    Mendadak muncul masalah penglihatan pada satu atau kedua mata ( penglihatan ganda, penglihatan gelap)
•    Mendadak kesulitan berjalan, dan kehilangan keseimbangan tubuh
•    Mendadak pusing berat tanpa sebab yang jelas
merupakan sebuah singkatan yang terdiri dari
Face : Cek muka Mereka , apakah saat tersenyum akan terlihat sudut mulut yang turun
Arms : Dapatkah mengangkat kedua tangan  ataukah ada tangan yang lemah
Speech : Apakah lancar berbicara dan dapat di mengerti  atau terdengar cadel
Time : Segera hubungi rumah sakit terdekat ,semakin cepat maka semakin baik
2.4 Kenali Stroke Dan Fast Dan Bertindak “Fast “(Cepat )

     dr.Yuda Turana Sp.S mengungkapkan bahwa banyak persepsi yang salah dalam mengenal stroke, misalnya saat mengalami gejala stroke ada beberapa orang melakukan penusukan pada ujung – ujung jari menggunakan jarum dengan harapan akan mendapat kesembuhan. Namun bila hal tersebut dilakukan malah akan terjadi sebaliknya, dengan menusukkan jarum maka akan menyebabkan nyeri yang dapat memicu terjadinya kenaikan tekanan darah dan memperburuk keadaan stroke.
Ada juga yang memberikan ramuan – ramuan tradisional yang dipercaya dapat menyembuhkan penyakit dan menghilangkan gejala stroke, namun ada beberapa ramuan yang dapat menyebabkan gangguan pembekuan darah yang bila diberikan pada penderita stroke perdarahan akan memperburuk keadaannya. Oleh karena itu sebaiknya dihindari pemberian ramuan atau obat – obatan tradisional sebelum diketahui dengan pasti apakah stroke iskemik ( sumbatan ) atau stroke perdarahan.
“Waktu adalah Otak” itulah semboyan yang harus diingat oleh setiap orang, semakin cepat mendiagnosis dan mengobati maka tidak hanya menyelamatkan hidup tetapi dapat memulihkan keadaan semakin cepat.
Oleh karena itu semua maka sebaiknya bila muncul gejala stroke harus segera dibawa ke Rumah Sakit terdekat untuk mendapatkan penanganan secepat mungkin untuk dapat mencegah terjadinya perburukan keadaan.
Tujuan dalam penatalaksaan stroke iskemik adalah menghancurkan dan menghilangkan bekuan darah yang terbentuk dan menghalangi aliran darah ke otak.
Obat – obatan yang sering dipakai untuk menangani stroke iskemik adalah anti platelet, contohnya aspirin. Aspirin diberikan dosis kecil. Di beberapa negara sudah dilakukan “Primary Prevention” dimana aspirin dikonsumsi tidak hanya saat terjadi serangan namun dikonsumsi secara terus menerus pada wanita setelah menopause dan pria dengan faktor resiko seperti Hiperlipidemik, Diabetes, Hipertensi, dan Obesitas sehingga dapt mencegah terjadinya stroke..
Beberapa obat – obatan lain yang diberikan dalam  penatalaksanaan stroke iskemik meliputi
1.    RTPA (Recombinant Tissue Plasminogen Activator) : Alteplase, Streptokinase
Diberikan secara intravena digunakan untuk menghancurkan bekuan darah yang terbentuk. Hanya digunakan dengan syarat
•      kurang lebih 3-6 jam setelah serangan,
•      jangan diberikan bila ada tanda – tanda trombosis vena serebral
•      tidak pernah ada riwayat operasi kepala
•     hipertensi ≥185 mmHg
Dapat menimbulkan efek samping yang cukup tinggi seperti terjadinya perdarahan otak
•    Anti Koagulan : Heparin, Warfarin, Enoxaparin Digunakan untuk mencegah terbentuknya emboli atau mencegah bila ada bekuan baru, hanya sebatas untuk kasus pada stroke dengan fibrilasi atrium
•    Anti Platelet : Aspirin, Tidopidine, Clopidogrel
•    Neuroprotector : Citikolin
•    Anti Hipertensi : Labetolol, Nicardipine, Enalapril, Sodium Nitropruside Untuk beberapa kasus kegawatdaruratan tidak dianjurkan pemberian vasodilator cepat (Nitrogliserin, Hydralazin) karena dapat memperburuk keadaan.Pada stroke sumbatan, penurunan tekanan darah tidak dianjurkan terlalu agresif, bahkan tekanan darah dibiarkan tinggi kecuali bila diatas 220/120 mmHg maka harus segera diturunkan. Penurunan tekanan darah yang dianjurkan ≤ 20%
•    Menurunkan tekanan Intrakranial : Manitol
•    Obat lambung : Antasid (untuk mencegah ulcer dan refluks lambung) hanya diberikan sesuai dengan indikasi tertentu
Untuk kasus perdarahan biasanya penatalaksaan hanya konservatif dan beberapa kasus membutuhkan penatalaksanaan dengan teknik operasi. Tujuan dalam penatalaksaan stroke perdarahan adalah menghentikan perdarahan secepatnya dan  menyingkirkan gumpalan darah yang terjadi di otak sehingga tidak terjadi penumpukan darah yang dapat memicu terjadinya peningkatan tekanan dalam otak.Beberapa indikasi untuk dilakukan tindakan operasi antara lain
•    Cukup luas dan terletak di pinggir
•    Masuk ke ruang ventrikel
•    Terjadi pada usia muda
•    Terdapat kelainan arteri vena (Arteriovenous Malformation)
2.5 Mencegah Terjadinya Stroke
Stroke merupakan suatu hasil akhir yang dari suatu proses faktor resiko, oleh karena itu dalam pencegahan sebaiknya kita menitik beratkan pada menjaga , mencegah, dan mengatasi faktor resiko. Sebagai contohnya adalah
•    Memperbaiki keadaan hiperlipidemi, dengan cara memperbaiki pola makanan dan meningkatkan aktifitas fisik (olahraga teratur), dapat pula dibantu dengan obat – obatan seperti golongan statin simvastatin, atorvastatin, dlsb) , atau kombinasi statin& antiplatelet (Pravastatin & Acetylsalisilic Acid (Novosta®) , dan lain sebagainya.
•    Menghentikan konsumsi rokok
Jangan menganggap remeh tentang pentingnya berhenti     merokok. Untuk berhenti merokok tidak peduli sejak    kapan mulai merokok, atau berapa banyak merokok.Semakin cepat berhenti merokok maka akan    menurunkan resiko stroke
•    Menghentikan konsumsi alkohol
•    Mengurangi obesitas dengan menurunkan berat badan sesuai berat badan ideal dan olahraga teratur
•    Jika mempunyai penyakit diabetes, harus mengkonsumsi obat – obat diabetes teratur dan menjaga pola makan serta olahraga teratur
•    Jika mempunyai penyakit hipertensi, harus mengkonsomsi obat – obatan hipertensi teratur sehingga dapat menjaga tekanan darah stabil
•    Teratur berolahraga dan mengkonsumsi makanan sehat dan kaya nutrisi
•    Rutin memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan
•    Cegah kondisi stress
2.6 Obat Primery Prevention Stroke
Salah satu obat primary prevention untuk stroke adalah aspirin tunggal atau kombinasinya seperti Pravastatin & Acetylsalisilic Acid (Novosta®). Berikut bukti ilmiah untuk  kombinasi statin& antiplatelet (Pravastatin & Acetylsalisilic Acid (Novosta®):
•    Modulation of ADP – induced platelet activion by aspirin pravastation Role of LOX-1 , nitric oxide , oxidative stress and inside- out integrin signaling  
Latar Belakang
LOX-1 adalah reseptor untuk ox-LDL yang mengaktifkan sel endotelia dan berperan untuk atherothrombosis. Baik Aspirin maupun penghambat reduktasi HMG CoA (statin) dapat mengurangi paparan LOX -1 pada sel endotelia. pada studi ini kita meneliti pengaruh aspirin dan pravastatin terhadap paparan LOX-1 pada trombosit.
Hasil
Aspirin dan Pravastatin dapat mengurangi reactive oxygen species (ROS) yang dilepaskan oleh trombosit dengan mengukur MDA bebas dan perbandingan nitrat/nitrit. Aspirin dan Pravastatin juga meningkatkan Nitric oxide(NO) bebas yang diukur dari perbandingan nitrit/NOx . Kemudian , aspirin dan pravastatin menghambat peran LOX-1 terhadap trombosit yang dapat berpengaruh terhadap pelepasan ROS dan NO dari trombosit yg teraktivasi.
Kesimpulan
terdapat pengaruh sinergis antara aspirin dan pravastatin sebagai obat anti-atherothrombotic.
•    Pravastatin inhibits Expression of lectin- like Oxidized low- Density
  Lipoprotein Receptor-1 (LOX-1) in Watanabe Heritable Hyperlipidemic Rabbits : A New Pleiotropic Effect Of Statins 
Latar Belakang
LOX-1 merupakan reseptor OxLDL, yang mengatur pembentukan sel busa makrofag dan sel otot polos. penghambatan terhadap LOX-1 dapat mengurangi pembentukan sel busa dan mungkin akan berpengaruh terhadap pembentukan inti lemak pada lesi aterosklerosis. karena statin dapat menurunkan fungsi LOX-1 maka kita melakukanpengujian terhadap pravastatin. apakah pravastatin dapat menurunkan fungsi LOX-1 dan mengurangi pembentukan lemak pada kelinci yang mengalami hiperlipidemik.
Metode dan Hasil
Pravastatin menurunkan fungsi LOX-1 pada makrofag dan sel otot halus manusia. pada penelitian ini dilakukan pada kelinci yang hiperlipidemik. Pravastatin yang diberikan terhadap kelinci menunjukan hasil yang signifikan dibandingkan yang tidak diberikan pravastatin. hasilnya secara signifikan menurunkan protein LOX-1 dan mRNA di lengkung aorta. Lemak yang terdapat di daerah aorta menunjukkan penurunan yang drastis pada rasio antara daerah lemak inti/area lesi seluruhnya pada kelinci yang diberikan pravastatin.
Kesimpulan
Penghambatan in vivo terhadap LOX-1 yang telah dibuktikan oleh pravastatin telah menunjukkan  efek pleiotropik. Dengan menhambat paparan LOX-1 ini dapat menurunkan mekanisme pembentukan lemak yang merupakan efek pravastatin terhadap atherogenesis
•    Aspirin Inhibits ox-LDL -mediated LOX-1 expression and metalloproteinase -1 in human cironary endothelial cells
Latar Belakang
Aspirin dianggap berperan terhadap penyakit vaskular dengan menghambat agregasi trombosit. Aktivasi endotelia, penumpukan ox-LDL, dan peradangan merupakan karakteristik aterosklerosis pada iskemik miokardium akut. OX-ldl memicu LOX-1 pada sel endotelia dan membentuk matriks metalloprotein (MMPs) yang menstabilkan plak. Kami berhipotesis bahwa aspirin dapat menghambat perangsangan LOX-1 dan aktifitas MMPs.
Metode dan Hasil
Sel endotelia arteri koroner manusia (HCAECs) diinkubasi dengan aspirin, sodium salisilat, atau indomethasin sebelum pengobatan dengan ox-LDL. Aspirinmengurangi ox-LDL yang termediasi dengan penempelan LOX-1. Ox-LDL juga meningkatkan MMP-1 dan pengobatan dengan aspirin dapat mengurangi efek tersebut. Ox-LDL juga meningkatkan aktifitas p38MAPK pada HCAECs dan aspirin memblok efek ox-LDL. Pengobatan HCAECs dengan salisilat menyebabkan penekanan terhadap LOX-1 , yang efeknya mirip dengan aspirin. lebih penting lagi, baik aspirin maupun salisilat dapat menurunkan anion superoksida pada ox-LDL yang sudah menyembuhkan HCAECs.
Kesimpulan
Menurut beberapa pengamat menyarankan aspirin menghambat ox-LDL yang dimediasi oleh LOX-1 dan mengganggu efek ox-LDL pada intrasel (aktifasi p38MAPK) dan aktifitas MMP-1. Efek aspirin dapat melengkapi efek penghambatan trombosit pada iskemik miokardium akut
•    The Effect Of Low Dose Pravasatatin On Fibrinogen , C- Reactive – Protein
And C3 Complement Levels     
Latar Belakang
Penyakit arteri koroner merupakan penyebab utama kematian. Pengobatan anti hiperlipidemik merupakan pengobatan utama dalam langkah manajemen Penyakit arteri koroner ini. Ezetimibe mungkin dapat digunakan ketika statin terbukti tidak efektif atau digunakan untuk menurunkan efek sampingnya. Studi saat ini  meneliti mengenai efek pravastatin dosis tinggi (40mg) dan  dosisi rendah (10mg) + ezetimibe (10mg) sebagai terapi kombinasi dalam pengaturan lemak dan glukosa.
Metode dan Hasil
Dilakukan penelitian dari 100 orang terbagi atas 50 orang diberikan 40 mg pravastatin (grup 1)  dan 50 orang diberikan 10mg pravastatin + 10 mg ezetimibe ( grup 2). Hasil yang didapat adalah pada grup 1, kolesterol total menurun sekitar 19,8 mg/dL, trigliserid menurun sekitar 52,6 mg/dL dan LDL menurun sekitar 32,3 mg/dL. Sedangkan pada grup 2 diperoleh hasil kolesterol turun sekitar 63 mg/dL, trigliserid turun sekitar 115.7 mg/dL, dan LDL turun sekitar 41,2 mg/dL.
Kesimpulan
Kedua regimen terapi dinilai sama  sama efektif. meskipun kita menemukan bahwa kombinasi pravastatin dan ezetimibe lebih efektif dibandingkan dengan pravastatin dosis tinggi dalam terapi lemak, metabolisme glukosa dan peradangan
•    The Effect Of High Dose Pravastatin And Low Dose Pravastatin And Ezetimibe Combination Therapy On Lipid , Glicose Metabolim And Inflammation
Latar Belakang
Untuk menyelidiki efek pravastatin dosis rendah terhadap C-Reactive Protein (CRP), fibrinogen , dan level  C3 pada pasien dengan hiperkolesterol.
Metode dan Hasil
Penelitian dilakukan dengan 55 orang penderita hiperkolesterol terbagi 2. grup 1 terdiri dari 31 orang ( 19 orang hiperkolesterol disertai hipertensi, 5 orang pernah mengalami infark miokardium, 13 orang hanya hiperkolesterol) . Usia rata-rata 54,3 tahun dan kolesterol rata-rata 266 mg/dL. Level CRP diukur dengan metode nepholemetric dan level fibrinogen diukur dengan metode Clauss. Pasien tersebut diberikan 10 mg pravastatin setiap hati dibawah pengawasan American Heart Association melakukan diet , kemudian kadar CPR dan fibrinogen diukur setiap 2 bulan. Grup 2 terdiri dari 20 orang (13 orang hiperkolesterol dan hipertensi, 7 hiperkolesterol saja). Usia rata –rata 56,3 tahun dan kadar kolesterol rata- rata 239 mg/dL. Grup 2 mendapat pengawasan dari  American Heart Association melakukan diet, kemudian dilakukan pengecekan kadar CRPdan fibrinogen saat awal sebagai kontrol dan setelah 2 bulan. Hasil yang didapatkan adalah grup 1 memiliki kadar CRP dan fibrinogen lebih rendah namun kadar C3 tidak menurun secara signifikan. Grup 2 juga mengalami penurunan kadar fibrinogen dan C3 yang dimana secara statistik tidak signifikan.
Kesimpulan
Terapi pravastatin dosis rendah pada pasien hiperkolesterol dapat menurunkan fibrinogen dan kadar CRP namun tidak berpengaruh terhadap kadar C3.
•    Pravastatin In Elderly Individuals at risk of vascular disease ( PROSPER ): a randomised controlled trial
Latar Belakang
Meskipun statin sudah terbukti dapat menurunkan angka kematian dan kesakitan akibat penyakit jantung koroner dan stroke pada usia menengah , namun dalam pengunaan dan batas keamanan untuk usia lanjut belum dapat dibuktikan seluruhnya. Tujuan kami dalam penelitian ini adalah untuk menemukan keuntungan  pravastatin bila digunakan pada usia lanjut baik pria maupun wanita ataupun pada orang – orang yang memiliki faktor resiko untuk penyakit jantung dan stroke.
Metode dan Hasil
Diambil sampel secara acak dari 5804 pria dan wanita yg berusia 70-82 tahun dengan memiliki riwayat ataupun faktor resiko penyakit pembuluh darah. sebagian orang diberikan pravastatin 40 mg, sebagian placebo. Didapatkan pravastatin menurunkan Kolesterol total dan LDL sekitar 34% dan menurunkan kematian akibat penyakit jantung koroner dan infark miokardium. Penyakit stroke tidak terlalu banyak terpengaruh namun untuk angka kejadian serangan stroke mini menurun. Meskipun pravastatin dibandingkan dengan statin lainnya menunjukkan tidak adanya kenaikan untuk resiko penyakit koroner, dan hanya untuk grup dengan menggunakan pravastatin dapat menurunkan kematian akibat penyakit koroner.
Kesimpulan
Pravastatin diberikan 3 tahun untuk menurunkan resiko penyakit koroner pada usia lanjut. Pravastatin saat ini tidak hanya diberikan untuk usia menengah namun untuk usia lanjut juga.
•    Cholesterol Lowering With Pravastatin Improves Resistance Artery Endothelial Function : Report of Six Subjects With Normal Coronary Arteriograms
Latar belakang
Perbaikan fungsi endotel pada arteri koroner telah dibuktikan setelah penurunan kadar kolesterol pada pasien hiperkolesterol dengan atherosklerosis. Tujuan penelitian ini adlah untuk menyelidiki efek penurunan kolesterol dengan pravastatin terhadap resistensi fungsi endotel arteri koroner.
Metode dan Hasil
Dilakukan pengujian secara nvasif terhadap fungsi endotel koroner dan vasomotor dan setelah pengobatan dengan pravastatin selama 6 bulan  terhadap 6 pasien dengan arteriogram koroner yang normal. Hasilnya setelah 6 bulan didapatkan bahwa kadar LDL turun sekitar 40 mg/dL dan peningkatan persentasi aliran darah koroner.
Kesimpulan
Studi ini menunjukkan secara signifikan peningkatan fungsi sel endotel dan resistensi arteri koroner setelah 6 bulan mengkonsumsi pravastatin untuk menurunkan kadar kolesterol pada 6 pasien yang mimiliki riwayat nyeri dada namun arteriogramnya normal. Kecenderungan terhadap peningkatan vasomotor epikardium juga dipantau.
8.    Pravastatin Therapy In Hyperlipidemia : Effects on Thrombus Formation And The Systemic Hemostatic Profile
Latar belakang
Menurunkan kadar kolesterol dapat menurunkan angka kejadian penyakit jantung koroner namun analisa mengenai efek penurunan lemak terhadap profil darh dan trombosit belum dibuktikan nyata. Studi ini dilakukan untuk menemukan efek penurunan lemak dengan menggunakan pravastatin dan pengaruhnya terhadap profil fibrinolitik dan pembentukan tromus.
Metode dan Hasil
Kami meneliti dari 93 orang denagn kadar LDL-kolesterol >145 mg/dL. pasien engan riwayat penyakit jantung koroner mendapat pravastatin dan pasien yang tidak memiliki riwayat penyakit jantung koroner secara acak mendapat plasebo dan pravastatin. pembentukan Pembentukan trombus pada sebuah
permukaan pembuluh darah yang terluka dinilai dalam subpenelitian dari 40 pasiendengan yang sebelumnya divalidasi ex vivo perfusi ruang sistem. Hemostatik sistemik spidol dan pembentukan trombus dievaluasi pada awal, tiga dan enam bulan.
Kelompok pravastatin menunjukkan penurunan LDL-kolesterol sekitar 30% dalam waktu 6 minggu, dan penurunan plasminogen activator inhibitor-1 15-18% pada 3 bulan dan 21-23% pada 6 bulan. Tidak ada perubahan yang signifikan
dengan pengobatan d-dimer, fibrinopeptide A, fragmen protrombin F1.2, faktor
VIIA, faktor von Willebrand, atau C-reactive protein. Tingkat fibrinogen secara signifikan meningkat pada 6 bulan dibandingkan dengan baseline, meski masih di bawah batas normal atas. Para pasien dengan riwayat penyakit jantung koroner menunjukkan penurunan dalam pembentukan trombus sekitar 13% pada 3
bulan, dan 16% pada 6 bulan. Perubahan dalam LDL-C-berkorelasi dengan
perubahan dalam pembentukan trombus
Kesimpulan
Terapi pravastatin secara signifikan menurun pembentukan trombus dan meningkatkan profil fibrinolitik pada pasien dengan dan tanpa penyakit jantung koroner. Efek ini mungkin dapat, menjelaskan manfaat diberikan dalam pencegahan primer dan sekunder dari penyakit jantung koroner.
2.7 Harapan Sembuh Dari Stroke
Menurut dr.Yuda Turana Sp.S , Stroke dapat sembuh sempurna atau tidak tergantung pada
•    Jenis stroke     : sumbatan atau perdarahan
•    Lokasi stroke
•    Besar atau kecilnya lesi
•    Faktor resiko
Bila lokasi di otak mengenai bagian – bagian yang sangat penting dan lesi cukup luas seperti pada batang otak maka prognosis kesembuhannya akan lebih buruk. Demikian juga jika stroke disertai dengan adanya fibrilasi atrium di jantung maka kemungkinan besar akan terjadi stroke berulang. Semakin faktor resiko tidak tertangani dengan baik maka prognosis akan semakin buruk.
Sebaliknya jika lokasi stroke di otak tidak mengenai bagian yang sangat penting dan luas lesi kecil dengan faktor resiko yang tertangani dengan baik maka stroke dapat sembuh sempurna
Oleh karena itu sebaiknya bila kita menemui gejala stroke maka sedini mungkin kita harus memeriksakan diri ke Rumah sakit terdekat untuk mendapat penanganan secepatnya, dan hindari persepsi yang salah mengenai stroke.
2.6 Menghadapi Kehidupan Setelah Mengalami Stroke
Banyak tantangan baru yang akan muncul setelah mengalami stroke, oleh karena itu jangan pernah menyerah dalam menghadapi tantangan tersebut. Marilah kita alami setiap pengalaman baru dari sisi yang berbeda.
Baik penderita yang selamat dari stroke maupun keluarganya akan mengalami sedikit kekuatiran saat kembali ke rumah.Paraperawat khusus akan kuatir meninggalkan penderita tersebut sendirian saat di rumah, kuatir akan terjadi serangan stroke kembali dan lain sebagainya. Oleh karena itu sangat membutuhkan dukungan dari keluarga dan pihak tenaga medis sebagai tim.
Para penderita stroke yang selamat akan mengalami kesulitan dan keterbatasan saat melakukan aktifitas sehari – hari yang berdampak kepada hubungan, keintiman baik dalam pekerjaan maupun hobi. Oleh karena itu, mulailah mencari banyak manfaat , masukan dan saran dari kumpulan para penderita lain yang selamat dari stroke, perawat khusus dan para dokter profesional.
Para penderita yang selamat dari stroke dapat kembali bekerja bila sudah mengalami banyak perbaikan. Harus memulai hidup sehat dan menghindari semua faktor resiko yang ada. Paska Stroke dapat meliputi
1.    Farmakpterapi ( Obat-Obatan )
Tujuan pemberian obat adalah untuk mengurangi faktor resiko dan mencegah terjadinya serangan stroke berulang
2.    Fisioterapi ( Rehabilitas )
Tujuan Rehabilitas ini adalah untuk mempercepat terjadinya  pemulihan dan membantu mengurangi kecacatan yang terjadi . fisioterapi ini tergantung pada tingkat kecacatan yang di timbulkan akibat stroke
Rehabilitasi Stroke
Di AS, penderita stroke mencapai 700.00 dan hampir dua pertiganya membutuhkan rehabilitasi. Meskipun Rehabilitasi tidak menyembuhkan penyakit namun rehabilitasi sangat dibutuhkan untuk mencapai kondisi mandiri dan meningkatkan kualitas hidup. Begitu pula diIndonesia, saat ini begitu banyak korban akibat stroke yang mengalami gangguan dalam fungsi sehari-hari. Mari kita kenali beberapa hal yang dapat membantu kita pulih dari serangan stroke.
Rehabilitas Paska Stroke
Banyak yang merasa bahwa rehabilitasi adalah sesuatu yang sia-sia namun, kita perlu pemahaman yang jelas mengenai tujuan dan apa saja yang dilakukan saat rehabilitasi. Berikut adalah beberapa pendapat dari dr.Theresia Diah Arini, SpKFR, dimana beliau aktif untuk membantu menangani pasien paska stroke di salah satu klinik stroke dijakarta.
Menurut dr.Theresia Diah Arini, SpKFR , tujuan utama dari rehabilitasi stroke adalah mengembalikan status fungsional pasien,agar bisa mandiri sesuai kemampuan yang masih ada. Pasien diharapkan mampu melakukan kembali aktivitas sehari-hari seperti perawatan diri sendiri, kegiatan rumah tangga dan aktivitas sosialnya secara mandiri atau dengan bantuan minimal dengan menggunakan kemampuan diri yang masih ada.
Tujuan rehabilitasi ini dicapai melalui pendekatan pasien secara holistik oleh Tim Rehabilitasi. Tim rehabilitasi ini terdiri dari :
•    Dokter Spesialis Kedokteran Fisik & Rehabilitasi (SpKFR , dahulu disebut Dokter Rehabilitasi Medik).
•    Terapi fisik (fisioterapi)
•    Terapi okupasi
•    Terapi wicara
•    Konseling psikologi
•    Petugas social  Medis
Kapan Harus Dimulai Rehabilitas
Pasien stroke sebaiknya mulai dikonsulkan ke dokter spesialis rehabilitasi (SpKFR) sejak hari pertama mulai perawatan di RS.
Hasil Apa Saja Yang Diharapkan Dalam Proses Rehabilitas
Perawatan bersama dengan Tim Rehabilitasi sejak awal bertujuan sebagai berikut:
•    Pada fase awal (akut) terutama adalah pencegahan komplikasi yang ditimbulkan akibat tirah baring (bedrest ) lama, seperti :
•     Mencegah ulkus dekubitus (luka daerah yang punggung/pantat yang selalu mendapat tekanan saat tidur)
•     Mencegah penumpukan sputum (dahak) untuk mencegah infeksi saluran pernapasan
•     Mencegah kekakuan sendi
•    Mencegah atrofi otot (pengecilanmassaotot)
•     Mencegah hipotensi ortostatik, osteoporosis dll.
1.    Pada fase lanjut (rehabilitasi)
•     Meminimalkan gejala sisa (sequelae) dan kecacatan akibat stroke
•     Memaksimalkan kemandirian dalam perawatan diri dan aktivitas sehari-hari
•     Kembali ke pekerjaan (back to work) sehingga diharapkan dapat berperan aktif dalam kehidupan seperti sedia kala
Terapi Rehabilitas Untuk Stroke
Kecacatan yang ditimbulkan tergantung pada bagian mana yang mengalami kerusakan akibat stroke, dan seberapa luas kerusakan tersebut. Secara umum kecacatan yang timbul dapat dikelompokkan menjadi 5 , antara lain :
•    Kelumpuhan atau gangguan mengatur gerakan (motorik)
•     Gangguan perasa (sensorik) , termasuk nyeri
•     Gangguan bahasa (aphasia)
•     Gangguan berpikir atau daya ingat (memori)
•     Gangguan emosi.
Untuk dapat mengatasi masalah-masalah diatas tersebut maka kita dalam proses rehabilitasi paska stroke akan melakukan terapi secara holistik dan variasi, seperti terapi fisik, terapi okupasi, terapi wicara, konseling dan bimbingan rohani. Mari kita kenali terapi apa saja yang dilakukan saat rehabilitasi
Apa itu Terapi Fisik?
Atau yang lebih dikenal dengan fisioterapis, merupakan bagian dari Tim Rehabilitasi Medik yang berperan dalam melatih pasien dengan gangguan postur, gangguan gerak dan masalah otot. Tugas fisioterapis adalah :
•    membantu pasien dalam melakukan exercise atau manipulasi otot sesuai dengan masalah pasien, misalnya latihan penguatan otot, hydrotherapy, latihan keseimbangan dan koordinasi, latihan peregangan otot dll.
•    membantu pasien mengatasi masalah otot dengan alat-alat fisioterapi atas instruksi dokter SpKFR
apa itu Terapi Okupasi?
Adalah bagian dari Tim Rehabilitasi Medik yang berperan dalam:
•    membantu pasien melakukan gerakan motorik halus.
•    melatih pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari seperti misalnya pindah dari duduk ke berdiri, mandi,berpakaian,makan dll.
•    melatih pasien melakukan gerakan adaptif dengan berbagai alat bantu.
•    membantu pasien dalam proses kembali bekerja (back to work).
apa itu Terapi Wicara?
Adalah bagian dari Tim Rehabilitasi Medik yang berperan dalam:
•    membantu pasien untuk berkomunikasi untuk membantu komunikasi misalnya dengan latihan pengucapan kata (artikulasi) atau komunikasi dengan alat bantu.
•    membantu pasien dengan gangguan menelan (disfagia) dengan latihan / maneuver khusus untuk mempermudah proses menelan.
Konseling Psikologi
•    membantu memberikan support mental bagi pasien saat pasien mengalami depresi.
•    melakukan tes intelektual (tes IQ) bila diperlukan.
1.    Petugas Sosial Medis
•    melakukan evaluasi tempat tinggal dan pekerjaan pasien dan memberikan edukasi untuk mengatur tempat tinggal yang mempermudah pasien melakukan aktivitas sesuai kondisi pasien.
•    membantu mencarikan donatur bila ada pasien yang memerlukan biaya.
•    apabila diperlukan, membantu pasien untuk mendapatkan ketrampilan sesuai dengan kondisi pasien, agar dapat digunakan untuk mata pencaharian.
•    Pembimbing rohani dapat membantu untuk support mental pasien di bidang keagamaan.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Penyakit Stroke adalah penyakit pembuluh darah otak yang ditandai dengan rusaknya jaringan otak . Ada 2 macam penyakit stroke, yaitu kerusakan jaringan otak akibat penyumbatan / penyempitan ( infark ) dan akibat perdarahan pembuluh darah otak ( bleeding ). Penyakit ini ditandai dengan adanya gejala gejala menurunnya fungsi susunan saraf bisa dibagi 2 jenis yaitu Stroke iskemik ( infark ) dan Stroke hemoragik.
Dengan cara pola hidup yang sehat dapat mencegah penyakit stroke tersebut. Hidup terasa lebih nyaman dan indah dengan melakukan pencegahan terhadap penyakit stroke ini, daripada kita sudah terkena dampaknya.
3.2 Saran
Penderita stroke jika sudah mengalami kerusakan persarafan atau kelumpuhan biasanya bersifat permanen. Maka dari itu, perlu adanya pendampingan ekstra baik kepada klien maupun kepada keluarga karena pada tahap awal tentunya klien akan merasakan depresi yang amat mendalam. Selain itu, perlu diberitahukan kepada keluarga untuk tidak merendahkan klien karena dapat timbul tekanan yang lebih dalam lagi kepada klien sehingga akan menimbulkan distress kepada klien sehingga mempengaruhi proses penyembuhan klien. Oleh karena itu, perlu danya peran perawat yang lebih peka terhadap perasaan klien dan keluarganya.






DAFTAR PUSTAKA

Adams HP Jr. Secondary prevention of atherothrombotic events after ischemic stroke. Mayo Clin Proc. 2009;84(1):43-51.
Adams RJ, Albers G, Alberts MJ, Benavente O, Furie K, Goldstein LB, et al. Update to the AHA/ASA recommendations for the prevention of stroke in patients with stroke and transient ischemic attack. Stroke. 2008 May;39(5):1647-52. Epub 2008 Mar 5.
Adams HP Jr, del Zoppo G, Alberts MJ, Bhatt DL, Brass L, Furlan A, et al. Guidelines for the early management of adults with ischemic stroke: a guideline from the American Heart Association/American Stroke Association Stroke Council, Clinical Cardiology Council, Cardiovascular Radiology and Intervention Council, and the Atherosclerotic Peripheral Vascular Disease and Quality of Care Outcomes in Research Interdisciplinary Working Groups: The American Academy of Neurology affirms the value of this guideline as an educational tool for neurologists. Circulation. 2007 May 22;115(20):e478-534.
Aguilar MI, Hart R, Pearce LA. Oral anticoagulants versus antiplatelet therapy for preventing stroke in patients with non-valvular atrial fibrillation and no history of stroke or transient ischemic attacks. Cochrane Database Syst Rev. 2007 Jul 18;(3):CD006186.
Albers GW, Amarenco P, Easton JD, Sacco RL, Teal P; American College of Chest Physicians. Antithrombotic and thrombolytic therapy for ischemic stroke: American College of Chest Physicians Evidence-Based Clinical Practice Guidelines (8th Edition). Chest. 2008 Jun;133(6 Suppl):630S-669S.
Amarenco P, Goldstein LB, Szarek M, Sillesen H, Rudolph AE, Callahan A 3rd, et al. Effects of intense low-density lipoprotein cholesterol reduction in patients with stroke or transient ischemic attack: the Stroke Prevention by Aggressive Reduction in Cholesterol Levels (SPARCL) trial. Stroke. 2007 Dec;38(12):3198-204. Epub 2007 Oct 25.
Chaturvedi S, Bruno A, Feasby T, Holloway R, Benavente O, Cohen SN, et al. Carotid endarterectomy -- an evidence-based review: report of the Therapeutics and Technology Assessment Subcommittee of the American Academy of Neurology. Neurology. 2005;65:794–801.




0 komentar:

Posting Komentar